Sunday, April 26, 2009

Manusia Bugis



Benang Cina kujadikan tali temali perahu, jarum sebatang kujadiakan jangkar, aku berlayar jua……. pelayaran kujadiakan sebagai hiburan, pelayaran kujadiakan sebagai alam daratan, pengemabaraan yang penuh kebebasan. Biar aku dihadang oleh angin topan, aku akan putar kemudiku, aku memilih tenggelam dari pada kembali. Dua layar kusiapkan,dua kemudi kutancapkan, dua jangkar kusediakan, semuanya akan turut terpasang…

Beberapa bait tulisan diatas, dari buku Prof. Abu Ahmadi, menggambarkan akan beberapa pesan moral yang ingin disampaikan oleh para pelaut bugis. mereka memiliki keberanian dan ketangguhan untuk melawan badai dan ombak di lautan. Inilah semangat manusia bugis….
Perjalanan sejarah menceritakan bagaimana nenek moyang bugis berhasil menjelajahi lautan dengan perahu yang sederhana. Ini membuktikan bahwa mereka memiliki tekad yang kuat tapi bukan nekat. (Saya tidak menggunakan kata nekat karena nekat berarti sama saja tidak memiliki pertimbangan yang matang untuk melakukan suatu tindakan.) Tekad yang kuat itulah membawa ia menghasilkan karya perahu sederhana untuk dijadikan alat melakukan perjalanan mereka untuk melanjutkan hidup.

Tidak hanya sampai disitu. Dengan tekad yang dimiliki, mereka memulai perjalanannya dengan segala resikonya dan ia tidak akan kembali hanya karena rintangan badai yang mereka temui diperjalanan. Bukti sebuah konsistensi yang sangat tinggi telah dijiwai. Konsistensi itu yang mebuatnya pantang menyerah dan bertahan dalam kondisi apapun.

Manusia yang memiliki tekad, semangat pantang menyerah, dan konsistensi yang tinggi semunya terwakili oleh sebuah kata “Fighter”. (saya pinjam istilah ini dari salah seorang teman non bugis, tepatnya orang jawa, yang pernah berkata” Selama beberapa tahun saya tinggal di Sulawesi selatan hal yang paling berharga yang saya dapatkan adalah semangat fighter…. “ ).

Semangat Fighter (tangguh) inilah yang nampaknya merupakan istilah yang tepat yang bisa menganulir image yang selama ini diidentikkan dengan bugis-makassar yaitu keras dan kasar . Sebuah image yang tentunya perlu diluruskan dalam tataran bahasa dan paradigm. Karena bagaimanapun penggunaan bahasa “ kasar dan keras” konotasinya lebih dekat pada nilai negative, menurut penulis.

Catatan ini saya persembahkan buat sahabat-sahabat yang masih berjuang untuk masa depannya.…… smoga semangat fighter itu tetap lestari dalam jiwa kalian. Ewako..


Read More......

Tuesday, April 21, 2009

Bila Kutitipkan

BILA KUTITIPKAN

Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung
Bila kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyeru badai
Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang
Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi
Kan kusimpan sendiri mendung dukaku
Dalam langit dadaku
Kan kusimpan sendiri badai resahku
Dalam angin desahku
Kusimpan sendiri gelombang geramku
Dalam laut fahamku
Kusimpan sendiri

from: mencari bening mata air

Read More......

For Kartini Day

Para kartini

Wahai para kaum kartini
Cintailah mereka yang kau cintai
Karena engkau layak mencintai
Cintailah mereka yang mencintaimu
Karena kau pantas dicintai
Cintailah mereka yang menjagamu
Karena Menjaga harga dirimu
Cintailah mereka yang memuliakanmu
Memuliakanmu dengan kesetiaan
Cintailah mereka yang membuatmu berarti
Karena mengerti akan sgala kekuranganmu
Cintailah mereka yang memahamimu
Bahwa kau ingin dilindungi
Cintailah mereka yang mengenalmu
Mengenalmu bahwa kau sangat berarti

Bukankah cukup dengan itu …
Bagi kalian para kartini
Mencintai, dicintai,harga diri
Kesetiaan,pengertian tanpa penghianatan
selebihnya adalah keikhlasan.





Read More......

Tanpa Jarak

Tanpa jarak
Maka entah rapat entah berantara

Tanpa aksara
Maka entah diam entah bicara

Tanpa ketika
Maka entah sebentar entah lama

Tanpa masa
Maka entah kekal entah fana

Tanpa janji
Maka entah berpisah entah bersua

1410

From : Gus Mus

Read More......
Doa seorang pencinta


Seorang pencinta berdoa
Berdoa,berdoa dan berdoa
Tanpa kata lupa bahasa

Tiba-tiba ada suara azan bergema
Menyebut nama yang maha sempurna
Terlihat kilau dupa
Berjalan menuju cahaya
Terdengar lonceng gereja
Bergetar mengeluarkan suara-suara sempurna

Dan dari lorong jiwa ada yang bersuara
Pemilik cahaya izinkan cinta membimbing cinta

From : Jalan-jalan penuh keindahan



Read More......

Monday, April 20, 2009

HALAQAH
(Suatu Sistem Pembelajaran Tradisional)

PENDAHULUAN
Perkembangan abad mutakhir menghendaki adanya suatu sistem pendidikan yang komprehensif. Oleh Karena itu madrasah dan pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam dituntut untuk mampu ikut berkompetisi dalam upaya menciptakan suatu inovasi kreatif terhadap sistem ataupun metode pembelajaran yang telah ada. Tentu saja hal itu sangat terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia bangsa ini.
Sejalan dengan perubahan dan perkembangan zaman, pondok pesantren yang awalnya lebih dikenal dengan lembaga pendidikan Islam yang digunakan hanya untuk penyebaran dan mempelajari agama Islam, ikut mengalami perkembangan dan pergeseran. Hal itu terlihat dengan adanya perpaduan antara sistem pesantren dengan sistem madrasah yang merupakan sistem yang bermanfaat dan relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia dewasa ini.
Pesantren dengan perpaduan sistem tersebut tentu saja selain mendidik para peserta didik (santri/santriwati) untuk menjadi orang yang kuat Islamnya, juga mendidik agar mereka memiliki pengetahuan keduniawian sebagai bekal untuk ikut terjun dalam kehidupan globalisasi modern dan siap pakai.
Ini sejalan dengan hakikat pendidikan yang diungkapkan oleh Fatiyah Hasan Sulaiman dalam bukunya Bahts Filsafat Madzahibil Tarbawy ‘Inda al Gazaly, bahwa hakikat pendidikan adalah upaya untuk memberikan bimbingan dan fasilitas dalam rangka mengembangkan potensi fitrah peserta didik/santri agar menjadi sumber daya insani yang berkualitas dan mempunyai kompetensi untuk kesempurnaan manusia yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Namun ada suatu hal yang selalu menjadi bagian penting saat istilah pesantren disebut yaitu halaqah. Suatu hal yang tidak bisa terpisah bak dua sisi mata uang. Halaqah merupakan sistem pengajaran yang mengusung berbagai metode pengajaran selain sistem klasik yang notabene digunakan dalam pembelajaran pesantren dan madrasah.
Sejak masuknya Islam dan dikenalnya lembaga pendidikan Islam di Nusantara, sistem pengajaran dikenal dengan sistem halaqah atau sistem tradisional. Sebagai konsekuensi dari pendidikan tradisional tersebut, maka metode pengajaran yang digunakan juga terbatas pada metode metode mengajar tradisional pula. Sistem pengajaran halaqah tetap diterapkan di pesantren meskipun terbatas pada kurikulum kepesantrenan nonformal.
Dalam pembahasan makalah ini ada beberapa hal yang akan penulis angkat yaitu, Pengertian Sistem Halaqah, metode metode yang diusung oleh sistem halaqah, serta kelebihan dan kekurangan sistem halaqah.

PEMBAHASAN
Pesantren
Sebelum membahas lebih jauh tentang sistem halaqah, pesantren sebagai tempat atau lembaga yang menerapkan sistem halaqah perlu dijelaskan terlebih dahulu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “pesantren” berasal dari kata “santri”, dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat untuk tinggal dan belajar para santri. Sedang santri adalah orang yang mendalami agama Islam.
Menurut Syukri Zarkasy, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama dan di dalamnya ada yang bertindak sebagai pendidik dan sentral figurnya yaitu kiai, ajegan atau tuan guru, dan ada santri, asrama, ruang belajar, dan masjid sebagai sentralnya.
Juga pesantren dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan Islam yang lima elemen yaitu: a) kiai (abuya, encik, ajengan atau tuan guru /among guru) sebagai sentral figur yang biasanya juga sebagai pemilik pesantren, b) asrama (pondok) sebagai tempat tinggal para santri, c) mesjid sebagai pusat kegiatan pendidikan d) pengajaran kitab-kitab klasik, dan e) santri sebagai peserta didik. Sedangkan ciri khususnya adalah adanya kepemimpinan kharismatik dan suasana keagamaan yang mendalam.
Sistem halqah
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sistem halaqah sudah menjadi salah satu bagian atau ciri bagi sebuah pesantren. Sistem halaqah di pesantren tentu saja dituntut penerapannya mengingat bahwa di pondok pesantren terdapat kurikulum nonformal kepesantrenan seperti kajian kitab-kitab klasik dan pengajaran bahasa Arab.
Adapun istilah halaqah yang dikemukakan oleh Muljono Damopolii adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang ustadz atau kiai dengan cara duduk di hadapan santrinya sambil membacakan materi kitab. Para santri yang mengikuti pembelajaran ini duduk dalam bentuk setengah lingkaran dan bersaf-saf. Sang ustadz senantiasa berusaha membacakan isi kitab, kata per kata atau kalimat per kalimat lalu menerangkannya dengan bahasa Arab, Indonesia atau bahasa bahasa tertentu lainnya.
Halaqah sebagai suatu sistem terlihat dengan adanya hubungan fungsional yang teratur antara beberapa unit atau komponen yang membentuk suatu kesatuan dengan tujuan yang jelas. Komponen komponen yang dimaksud disini adalah kiai sebagai pendidik, santri sebagai peserta didik, beberapa metode yang digunakan yang melakukan interaksi demi pencapaian tujuan pendidikan.
Sistem Halaqah biasa disebut juga sistem weton, yaitu dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai di dalam ruangan (masjid/kelas) dan kiai menjelaskan materi dengan secara kuliah. Para santri menyimak kitab masing masing dan membuat catatan pada kitabnya untuk mensahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh kiai.
Sistem halaqah atau weton adalah sistem tertua di pesantren dan tentunya merupakan inti pengajaran di suatu pesantren. Semuanya tidak lepas dari konteks historis lahirnya lembaga pendidikan Islam klasik yang pada awalnya bermula pada pengajian di masjid, surau dan langgar dengan mengkaji al-Qur’an, kitab-kitab tasawuf, aqidah, fiqh dan bahasa Arab. Pesantren juga tidak bisa dipisahkan dari masjid, karena telah menjadi bagian pokok yang menghidupkan pesantren yang memberikan nuansa religius/ruh bagi kelangsungan pesantren tersebut.
Sistem klasikal
Selain sistem halaqah, terdapat juga sistem klasikal yang selanjutnya saling dipadukan dalam pembelajaran di pesantren. Santri/santriwati tidak hanya disuguhi kurikulum kepesantrenan, seperti kajian kitab kitab, tetapi sudah lebih maju dengan diajarkannya kurikulum Depag dan Kurikulum Diknas.
Jadi sistem klasikal sesungguhnya merujuk pada dua ranah sekaligus, kesekolahan dan kepesanterenan. Dalam ranah kesekolahan, istilah yang populer digunakan untuk para peserta didik adalah siswa, Sedangkan dalam ranah kepesantrenan, istilah yang digunakan untuk para peserta didik adalah santri.
Sistem Klasik ini menggunakan sekolah dengan perjenjangan kelas di dalamnya. Kelompok kelas belajar ialah sekelompok pelajar atau santri/santriwati mengikuti pendidikan yang proses belajar mengajarnya berlangsung dalam satu ruangan, dan waktu yang sama, megikuti mata pelajaran yang sama.
Metode metode yang digunakan dalam sistem halaqah
Sebagai suatu sistem, halaqah memiliki beberapa komponen dan salah satu dari komponen komponen tersebut adalah metode yang diterapkan dalam pembelajaran sistem halaqah. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan pendidik dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar adalah sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
Bahaking Rama mengemukakan bahwa metode metode yang diusung oleh sistem halaqah sebagai sistem pembelajaran tradisional adalah metode tuntunan metode ceramah, metode sorogan metode resitasi, hafalan, dan metode suri teladan.
Metode Tuntunan
Dinamakan metode tuntunan karena santri menyimak kitab yang dibaca atau diajarkan oleh kiai dan kiai menuntun para santri dan membetulkan tanda baca atau harakat pada kitab yang diajarkan tersebut dengan membacakan kata per kata, kalimat demi kalimat dari isi kitab, Kiai menerangkannya dengan menggunakan bahasa Arab, Indonesia ataupun bahasa Daerah tertentu, Metode tuntunan diawali dengan terlebih dahulu meminta kepada santri/santriwati untuk membacakan materi kitab yang akan dipelajari, lalu kiai membacakan dengan membenarkan.
Metode Sorogan
Adapun istilah sorogan berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan. Sebab setiap hari santri secara bergilir menyodorkan kitabnya di hadapan kiai atau badal (pembantunya).
Guru atau kiyai biasanya duduk di atas sepotong sajadah atau sepotong kulit kambing atau biri-biri dengan sebuah atau 2 bantal dan beberapa jilid kitab yang diperlukan di sampingnya, sedang murid-murid mengelilinginya, ada yang bersimpul, ada yang bertopang dagu, bahkan sampai ada yang bertelungkup setengah berbaring, sesuka-sukanya mendengar sambil melihat lembaran kitab yang dibacakan gurunya. Dengan sepotong pensil, murid-muridnya itu menuliskan catatan-catatan dalam kitabnya mengenai arti dan keterangan-keterangan lainnya. Sesudah ustadz atau kiai membaca kitab kitab Arab yang gundul, menterjemahkan, dan memberikan keterangan yang perlu, maka dipersilahkan salah seorang santri/santriwati membaca kembali matan, lafadz yang sudah diterangkan itu. Demikian ini dilakukan bergilir.
Menurut Saifullah, Direktur IMMIM periode 1998/2003, dalam Muljono Damopolii bahwa metode sorogan yang dimaksudkan di sini adalah apa yang diajarkan oleh ustadz, kiai dicek kembali. Jika santri/santriwati yang menyorong itu sudah dianggap bagus, maka mereka bisa dipromosikan menjadi naib bagi ustadz. Metode sorogan ini dapat juga dikatakan dengan metode evaluasi. Dengan metode sorogan ini, ustadz atau kiai akan dapat mengetahui santri/santriwati yang sungguh sungguh dan telaten.
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan dan penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa. Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai tekhnik kuliah .
Metode ini disebut dengan metode tradisional karena sejak lama metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didiknya dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru dari anak didik, tetapi metode ini tidak dapat ditinggalkana begitu saja pada kegiatan proses pembelajaran, terutama di lingkungan pesantren sejak dulu sampai sekarang, apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional seperti pendidikan pesantren masa lalu, yang serba sederhana. Demikian pula dalam sistem pendidikan modern, metode ceramah masih digunakan.
Metode ceramah dalam sistem halaqah di pesantren tidak hanya diterapkan pada saat pengkajian kitab-kitab bahasa Arab, tetapi juga dalam hal pemberian wejangan dan motivasi oleh kiai terhadap para santri/santriwatinya. Hal ini biasa dilakukan rutin per bulan atau per semester.
Metode Resitasi
Metode Resitasi atau penugasan adalah metode penyajian bahan pelajaran yang digunakan oleh guru dengan memberikan tugas tertentu kepada siswanya agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan kepada siswa, bisa dilaksanakan di kelas, atau di luar kelas. Metode pemberian tugas bertujuan agar siswa mendapatkan hasil belajar yang lebih mantap, karena melaksanakan latihan selama melakukan tugas.
Resitasi berasal dari bahasa Inggris to cite yang artinya mengutip dan re yang artinya kembali, yaitu siswa yang mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu,lalu belajar sendiri dan berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya. Metode ini populer dengan bentuk PR (Pekerjaan Rumah). Sebetulnya bukan hanya itu/bukan hanya di rumah.
Dengan kata lain metode resitasi berarti guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesadaran. Dalam pelaksanaannya metode resitasi bukan saja hanya dilakukan oleh siswa di rumah, tetapi pemberian tugas (resitasi) dapat dikerjakan/dilaksanakan di sekolah/halaman sekolah, perpustakaan, laboratorium, mesjid, langgar/mushalla dan lain-lain. Setiap jenis tugas yang diberikan kepada tugas-tugas murid harus diberi nilai/dikoreksi dan dicatat perkembangan prestasi murid-murid tersebut.
Metode resitasi dapat juga berupa pemberian tugas secara perorangan kepada santri senior untuk menerangkan kembali pelajaran yang baru saja diterimanya dari kiai kepada temannya di kelas. Artinya, pada saat suatu pelajaran sudah selesai diberikan kepada santri, kiai menunjuk salah seorang santri untuk tampil menerangkan kembali apa yang telah diajarkan. Setelah santri tersebut menerangkan, santri lainnya diberi tugas untuk mengajukan pertanyaan kepada santri yang menerangkan tadi. Santri yang dinilai pintar dan cakap menerangkan, biasanya diberi tugas untuk mengajar pada santri di kelas yang lebih rendah. Latihan yang dilakukan dalam metode pemberian tugas ini, sangat besar manfaatnya, karena dapat melahirkan kader atau guru agama yang cakap dan terampil. Mereka diberi izin untuk membuka pendidikan atau pengajian di daerah lain. Selain itu, sebagian di antara santri senior, Setelah menanamkan pendidikan, diminta oleh kiai supaya tinggal di pesantren untuk mengajar.
Metode Hafalan
Metode hafalan seringkali digunakan khusus pada pengajaran bahasa Arab dan al-Qur’an hadis di pesantren, guru/ustadz terlebih dahulu memberikan sejumlah mufradat, ayat, hadits kepada santri/santriwati secara halaqah. Kemudian santri/santriwati diminta untuk menyodorkan hafalannya pada beberapa tutor pada waktu tertentu.
Menurut Azyumardi Azra sebagaimana dikutip oleh Bahaking Rama bahwa dalam tradisi keilmuan, tradisi hafalan sering dipandang lebih otorotatif dibandingkan dengan transmisi secara tertulis. Hal ini karena tradisi hafalan melibatkan transmisi secara langsung melalui sima’an untuk selanjutnya direkam dan siap direproduksikan. Dengan begitu ilmu yang diterima betul betul dalam keadaan penuh kesadaran.
Metode hafalan ini akan membantu santri/santriwati dalam menjaga materi yang sudah dipelajari. Santri/santriwati diminta oleh ustadz atau kiai untuk menghafal setelah sebelumnya mereka menjelaskan materi kitabnya.
Metode Suri Teladan
Suri teladan dari seorang guru besar pengaruhnya kepada muridnya, termasuk dalam hal ini santri di pesantren baik dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Muhammad Qutb, mendidik melalui teladan adalah salah satu teknik yang efektif dan sukses.
Menurut Azyumardi, Islam adalah agama disiplin. Hampir seluruh ibadah-ibadah Islam mengandung unsur-unsur pengajaran dan latihan disiplin. Kewajiban untuk menunaikan salat dengan sarat-sarat, rukun-rukun, atau tatacara tertentu jelas mengandung pelajaran dan latihan disiplin. Begitu juga ibadah puasa yang harus dikerjakan secara berdisiplin.
Dalam dunia pendidikan perlu seorang pendidik memberi contoh dan teladan kepada peserta didik, terlebih lagi pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam dan tempat pembentukan akhlak mulia. Sehingga betul pentingnya metode suri teladan untuk diterapkan. Sebagaimana yang dilakukan oleh nabi. Seorang ulama dan pendidik dituntut memberi suri teladan kepada masyarakat sebagiamana yang dilakukan Nabi Muhammad saw. Sebagaiman firman Allah dalam surah Al-ahzab (33): 21 :Yang Terjemahnya:
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
Metode pendidikan dengan suri teladan dari pemuka agama telah dimulai sejak awal masuknya Islam di Nusantara. Ajaran Islam senantiasa menjadi acuan dalam kehidupan sehari-hari, baik cara bergaul, bertingkah laku,dan berkomunkasi, maupun cara mencari nafkah.
Di pihak lain, metode metode pengajaran yang diusung oleh sistem klasikal sangat berbeda dengan apa yang terdapat dalam sistem halaqah. Adapun metode metode tersebut adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, klasikal resitasi, dan kerja kelompok. Metode metode yang diterapkan dalam sistem klasikal terlihat lebih dialogis dan tidak monologis.

Keistimewaan dan kelemahan sistem halaqah
Sistem halaqah sebagai sistem pembelajaran klasik mengalami berbagai tantangan seiring dengan berkembangnya zaman yang membawa pada terjadinya pergeseran dalam masyarakat. Pergeseran terjadi di segala aspek kehidupan masyarakat, sehingga dunia pendidikan harus mampu tampil dengan kemasan yang menarik dan tentunya dengan kualitas yang tak kalah tinggi.
Sistem halaqah yang mengusung metode mengajar ceramah, sorogan, tuntunan, resitasi, hafalan dan suri teladan memiliki beberapa keistimewaan di samping beberapa kelemahan.
Salah satu keistimewaan dari sistem halaqah ialah santri/santriwati diminta terlebih dahulu mempelajari sendiri materi-materi yang akan diajarkan oleh gurunya, sehingga santri/santriwati dapat menselaraskan pemahamannya dengan pemahaman gurunya tentang maksud dari teks yang ada dalam sebuah kitab. Sistem ini mendidik santri/santriwati belajar secara mandiri. Dengan demikian hasil pelajaran lebih tahan lama dan membekas dalam ingatan santri/santriwati. Dengan pemahaman yang mendalam, mereka akan dapat dengan mudah memperaktekkan dan mengamalkan pengetahuan yang mereka dapatkan di pesantren.
Di samping itu bahan dapat disampaikan sebanyak mungkin dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Organisasi kelas lebih sederhana dan mudah dilaksanakan karena tidak terlalu banyak memakan biaya dan tenaga.
Penggunaan sistem halaqah, khususnya dengan metode sorogan dapat mendorong terciptanya hubungan emosional yang intens antara sang ustadz atau kiai dengan santri/santriwati. Hubungan emosional yang kuat biasanya mendorong terjalinnya kepercayaan timbal balik antara ustadz atau kiai dengan santri/santriwati tertentu yang ingin menekuni aktifitas yang ada dalam sistem halaqah.
Menurut Azhar Arsyad dalam Muljono Damopolii, bahwa penerapan sistem halaqah dengan sejumlah metode yang diusungnya dapat dikatakan tidak efektif, atau paling tidak belum seperti yang diharapkan. Penyebabnya antara lain kurangnya perhatian para santri terhadap sistem tersebut dibandingkan dengan sistem klasikal.
Sedangkan menurut Muljono Damopolii tentang kelemahan sistem Halaqah, bahwa para santri yang mengikuti kegiatan sistem halaqah ini ada yang kelihatannya kurang serius. Penyebabnya adalah pembelajaran sistem halaqah ini dapat dikatakan lebih bersifat pilihan. Padahal instrumen kontrol untuk itu, seperti absensi kehadiran, telah disiapkan secara baik. Penyebab yang lain karena uztadz yang mengajar tidak menegur atau memaksa santri untuk serius mengikuti pembelajaran yang dimaksud. Ini artinya, santri yang secara psikologis memiliki minat besar untuk itu, sebab santri yang kurang memiliki minat akan tampak kurang serius.
Menurut Bahaking Rama, bahwa dalam sistem halaqah ditemukan bahwa santri perempuan tampak lebih serius dan bersungguh-sungguh menyimak pelajaran yang diberikan oleh kiai. Di kelompok putra tampak sebagian santri tidak sungguh-sungguh dan terkesan acuh menghadapi pelajaran. Hal ini disebabkan karena santri merasa tidak terikat dari sistem pengajian halaqah ini, karena, a) tidak ada absen atau daftar hadir yang mengikat sehingga mereka merasa bebas, b) tidak ada teguran dari kiai meskipun santrinya tampak tidak sungguh-sungguh menerima pelajaran, c) tidak diciptakan instrumen yang dapat mengikat santri-santri untuk mempertanggung jawabkan kemampuan mereka mengekspresikan Ilmu-ilmu yang sudah diterima, d) sebagian santri-santri merasa sudah memahami pelajaran yang sedang diajarkan oleh kiai.
Pada metode ceramah proses komunikasi banyak terpusat kepada guru/ustadz. Ini masih menganut paradigma lama yaitu teacher centre dalam proses pembelajaran Dan siswa banyak berperan sebagai pendengar setia. Sehingga proses pengajaran sering dikritik sebagai sekolah dengar, murid terlalu pasif. Proses pengajaran lebih bersifat monolog.
Penggunaan sistem halaqah sulit mengukur sejauh mana penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan itu oleh anak didik. Apabila ceramah tidak mempertimbangkan segi psikologis dan didaktis, maka ceramah dapat bersifat melantur tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Kelemahan lain sistem halaqah adalah santri/santriwati dapat melakukan kecurangan terhadap tugas yang diberikan hanya dikerjakan oleh orang lain, atau menjiplak karya orang lain. Bila tugas diberikan terlalu banyak diberikan, santri/santriwati dapat mengalami kejenuhan/kesukaran, dan hal ini dapat berakibat ketenangan batin siswa merasa terganggu.

PENUTUP
Sistem halaqah adalah sistem pembelajaran tradisional yang sudah mulai diterapkan sejak masuknya islam di Nusantara. Pada awalnya diterapkan di masjid masjid, surau dan langgar langgar yang merupakan cikal bakal lahirnya pesantren. Seiring perkembangan zaman, pesantren juga ikut mengalami perkembangan yang tentunya saja berupa lahirnya berbagai inovasi baru dalam dunia pendidikan pesantren. Tapi ada hal yang merupakan ciri khas yang tidak bisa lepas yaitu penerapan sistem halaqah dalam pembelajaran di pesantren meskipun sudah ada kemudiaan lahir sistem pembelajaran klasik atau madrasah.
Adapun metode metode yang diusung oleh sistem halaqah adalah metode ceramah, tuntunan, sorogan, resitasi, hafalan dan suri teladan. Berbeda dengan sistem klasik yang sudah menggunakan metode diskusi dan kerja kelompok. Sebagai suatu sistem pembelajaran, halaqah tentu saja memiliki keistimewaan dan kelemahan. Adalah tugas dari pelaku pendidikan, terkhusus pendidik di pesantren yang menerapkan sistem ini untuk bisa mengemas kembali sistem halaqah dengan wajah baru sesuai tuntutan zaman sehingga akan lebih menarik minat dan motivasi peserta didik dalam belajar kitab kitab yang pada umumnya diajarkan dengan metode metode yang diusung oleh sistemhalaqah.


DAFTAR PUSTAKA

Chirzin Habib,Agama dan Ilmu Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1983

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar

Dhofier Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai Jakarta: LP3ES, 1986

Djamarah Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Cet. II: Jakarta, Rineka Cipta, 2002

Kafrawi, Pembaharuan Sistem Pendidikan Pondok Pesantren sebagai Usaha Peningkatan Prestasi Kerja dan Pembinaan Kesatuan Bangsa, Jakarta: Cemara indah, 1987

Muljono Damopolii, “Pembaruan Pendidikan Islam Di Makassar (Studi Kasus Pesantren Modern Pendidikan Al Qur’an IMMIM Tamalanrea Makassar)”, Disertasi, Jakarta: Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2006

Musnawar Tohari, Bimbingan dan Wawanwuruk sebagai suatu Sistem Yogyakarta: Cendekinga Sarana Informatika, 1985

Nana Sujana, Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar, Cet. VII: Bandung; Sinar Baru Algesindo, 2004

Nasir Ridlwan, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren ditengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Qutb Muhammad, Sistem Pendidikan Islam, Terj. Salman Harun, Cet.III :Bandung PT.Al-Ma’arif, 1993

Rama Bahaking, Jejak Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta: Prodatama Wira gemilang, 2003

Yusuf Tajyar, dan Syaiful Anwar, Metodologi pengajaran Agama Dan Bahasa Arab, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995

Zarkasy Zukri Abdulah Pondok Pesantren Sebagai Alternatif Kelembagaan Pendidikan Untuk Program Pengembangan Studi Islam Asia Tenggara Universitas Muhammadiyah, Surakarta, 1990




Read More......

Thursday, February 26, 2009

Book Review

The Learning Revolution

Anda belajar melalui apa yang anda lihat,
apa yang anda dengar, apa yang anda sentuh, apa yang anda baui,
apa yang anda kecap, apa yang anda lakukan, apa yang anda bayangkan,
apa yang anda intuisikan, dan apa yang anda rasakan.

Jeannette Vos


Pengantar
The Learning Revolution, Sebuah buku yang membawa manusia pada sisi lain dari dunia belajar. Buku ini merupakan buah karya kolaborasi antara Gordon Dryden, berkewarga negaraan Selandia Baru yang merupakan seorang penyiar sekaligus pemilik stasiun TV, dan Jeannette Vos, seorang warga Negara Amerika dan peraih doktor dalam bidang pendidikan. Gabungan luar biasa dari peneliti akademis dan seorang komunikator media ini mempersembahkan paduan yang sangat andal untuk melakukan revolusi, sehingga abad abad baru tidak sama lagi dengan masalah masalah lalu.
The Learning Revolution, buku fenomenal yang terjual sebanyak 2.007.691 kopi hanya dalam tiga minggu, membuat kita tersadar tentang dunia belajar yang dulunya dianggap melelahkan ternyata adalah dunia yang menyenangkan. Efektifitas belajar yang selalu digambarkan dengan “keseriusan” dan “konsentrasi” kurang sejalan dengan trend pembelajaran ataupun tuntutan yang diingikan oleh peserta didik/pembelajar pada kondisi sekarang ini.
Ide revolusi cara belajar yang diusung oleh Gordon Dryden dan Jeannette Vos dalam bukunya sangat dikuatkan dengan kutipan yang diungkapkan oleh Peter Kline, seorang penulis “The Everyday Genius”, yang menyatakan bahwa “Learning is most effective when it’s fun.”(Belajar akan efektif kalau anda dalam keadaan fun). Selain itu, dalam buku ini juga terdapat pernyataan mencengankan dari Tony Buzan, penemu konsep mind mapping (pemetaan pikiran). Buzan menyatakan bahwa “Your brain is like a sleeping giant.” Dengan perpaduan dua konsep tersebut, apa yang akan terjadi? Tentu saja kekuatan berpikir akan meraksasa jika kita dalam keadaan yang menyenangkan.
Menyenangkan berarti seluruh komponen fisik dan non fisik terbebas dari tekanan. Menyenangkan juga berarti kondisi diri berada dalam keadaan yang benar benar lepas, bebas dan luas. Selanjutnya, keadaan fun akan melapangkan jalan seseorang dalam mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Atau, dengan kata lain, keadaan fun akan mendorong seseorang untuk bersungguh sungguh, terlibat dan asyik melakukan sesuatu, termasuk dalam belajar. Dalam bahasa psikologi akan sangat berhubungan dengan emotional intelligence (EQ), keadaan fun adalah meadaan yang berkaitan dengan emosi positif.


Melalui Revolusi Cara Belajar ini, penulis buku menunjukkan kepada pembacanya mengenai cara memosisikan diri agar dapat berada dalam keadaan yang fun (menyenangkan). Berbagai tekhnik yang disajikan mengajak pembaca untuk mengeksplor seluruh potensi diri yang dimiliki dengan kekuatan pribadi masing-masing. Ruang untuk berhasil dalam dunia belajar dan pembelajaran sangatlah luas seluas potensi yang tak berbatas yang dimiliki oleh manusia.
Penumbuhan motivasi menjadi salah satu misi dari revolusi cara belajar ini. Karena bagaimanapun, motivasi menjadi salah satu fakor yang paling menentukan dalam membentuk prilaku belajar, dan keberhasilan suatu kegiatan belajar dan pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh prilaku belajar. The Learning Revolution, sebuah buku yang sungguh hebat, mampu merangsang, menantang, dan menggugah banyak pendidik dimasa depan dan membentangkan kepada pembaca berbagai kemungkinan terhadap masa depan pendidikan. Saran-saran praktis ditampilkan dengan begitu inspiratif, kreatif, dan mengasyikkan. layak untuk dibaca oleh seluruh dunia, semua kalangan, pendidik, dan peserta didik.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam The Learning Revolution
Dalam buku ini, Gordon Dryden dan Jeannette Vos menyajikan tekhnik-tekhnik yang memandu pada terciptanya suasana belajar yang menyenangkan, tidak memberikan metode belajar atau mengklaim salah satu metode belajar yang paling pantas untuk diterapkan dalam belajar karena pada hakikatnya setiap orang memiliki gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik, dalam hal ini setiap orang adalah guru dan sekaligus murid dalam belajar.
Dalam buku ini, sedikitnya ada tiga gaya utama belajar yang dikemukakan oleh para peneliti pendidikan, yaitu: 1. pelajar haptik, dari kata yunani yang berarti “bergerak bersama”: orang yang belajar paling baik ketika mereka terlibat, bergerak, mengalami, dan mencoba-coba, sering disebut juga pelajar kinestetik. 2. Pelajar visual, yang belajar paling baik ketika mereka melihat gambar-gambar yang mereka pelajari, sebagian kecil mereka berorentasi pada “teks tercetak” dan dapat belajar melalui membaca. 3. Pelajar auditorial, yang belajar paling baik melalui suara: musik dan berbicara.
Lynn O’Brien, Direktur Spesific Diagnostic Studies Inc., di Rockville, Maryland, menemukan bahwa kebanyakan pelajar sekolah dasar dan menengah1 paling baik belajar ketika mereka terlibat dan bergerak, sementara orang dewasa lebih suka belajar secara visual. Namun kebanyakan orang yang mengombinasikan ketiga gaya itu dengan berbagai cara.
Teknik-teknik belajar fun (menyenangkan) yang disajikan dalam buku ini menggunakan multi approaches. Enquiry-discovery based learning merupakan pendekatan belajar dan pembelajaran yang menjadikan si pembelajar sebagai pelaku utama dalam kegiatan belajar. Segala aktifitas belajar dilakukan dengan mencari dan menemukan sendiri. Pembelajaran mandiri adalah kunci utama dengan disediakannya lingkungan dan peralatan yang baik untuk pelatihan mandiri. Anak-anak kecil pun akan menjadi pendidik mandiri yang antusias sepanjang hidupnya.
Disamping itu active learning suatu pendekatan yang menekankan pada konsep learning by doing juga menjadi salah satu penekanan pada revolusi cara belajar ini. Pendidikan biasanya tidak efektif jika memisahkan teori dengan praktik. Optimalisasi seluruh indera yang dimiliki pada saat belajar akan membantu munculnya berbagai kesan belajar. Jika anda mempelajari bahasa maka ucapkanlah, jika belajar tentang komputer, praktikkanlah. Jika ingin jadi pembicara publik, bicaralah di depan umum. Jika ingin jadi penulis, menulislah. Hal ini sejalan dengan pepatah olahraga yaitu “tidak ada kesalahan, yang ada adalah latihan”.
Selanjutnya, teknik-teknik belajar fun (menyenangkan) yang disajikan dalam buku ini juga menggunakan pendekatan resource based learning. Yaitu suatu pendekatan belajar dengan berdasarkan sumber, segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan peserta didik dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, bukan dengan cara konvensional dimana pendidik menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik, tapi setiap komponen yang dapat memberikan informasi seperti perpustakaan, laboratorium, internet, kebun, dan semacamnya. Dalam segala hal, murid itu sendiri aktif, apakah ia belajar menurut langkah langkah tertentu, seperti dalam belajar berprogram, atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu.
Revolusi cara belajar, salah satu gagasan utamanya menuju masyarakat pembelajar baru adalah dengan memposisikan peran komunikasi elektronik di dunia pendidikan. Internet, computer, laptop menjadi sebuah media yang membantu terselenggaranya proses pembelajaran yang efisien dan efektif. Peserta didik mampu menakses informasi bacaan dari arah mana pun yang dikehendaki. Hal ini memjadi bagian dari pembelajaran mandiri. Jika demikian sekolah akan menjadi ajang kegiatan paling menarik di lingkungan tempat sekolah itu berada. Dari sinilah mereka diarahkan untuk menjelajahi seluruh dunia pengalaman dan pengetahuan.
Selain faktor fasilitas seperti gagasan yang dijelaskan diatas, dibahas pula peran guru atau pendidik yang bukanlah orang yang memberi atau mengajar dengan monoton tetapi diposisikan sebagai manajer pembelajaran. David Kerr, seorang chief executive di Southland Polytechnic, mengemukakan bahwa para guru menjadi manajer pembelajaran di pusat pusat pembelajaran dengan menempatkan siswa menjadi klien, sama seperti klien pengacara atau profesi lain.
Tidak jauh berbeda dengan Quantum Learning, keduanya menyajikan berbagai kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning pada dasarnya merupakan salah satu revolusi dalam dunia pembelajaran yang memiliki prinsip suggestology yang hamper mirip dengan proses accelerated learning. Prinsip suggestology berarti bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel pada tempat belajar. Guru-guru yang terampil dalam seni pembelajaran sugestif digunakan.
Ada beberapa hal yang penting dicatat dalam the learning revolution yang pada dasarnya memiliki kesamaan kosep dengan accelerated learning dan quantum learning yaitu dikenalkannya peserta didik dengan “keajaiban pikiran”, yang dalam quantum learning dikenal dengan “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Tony Buzan, seorang pakar psikologi dan memori, mengatakan bahwa otak manusia terdiri dari triliunan sel otak. Setiap sel otak adalah seperti gurita kecil yang begitu kompleks. Ia memiliki sebuah pusat dengan banyak cabang, dan setiap cabang memiliki banyak koneksi. Tiap-tiap sel otak tersebut jauh lebih canggih daripada kebanyakan computer di planet ini. Setiap sel tersebut berhubungan dengan ratusan ribusampai puluhan ribu sel yang lain. Dan mereka saling bertukar informasi. Ini sering disebut sebagai jaringan yang paling memesona, benda yang begitu kompleks dan indah. Dan tiap orang memilikinya.
Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spon menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “ cara yang menyenangkan dan bebas tress”. Berdasarkan tentang unsur-unsur, struktur, dan bagaimana ia bekerja maka dibuatlah model pembelajaran yang yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan, mengembangkan fungsi motor sensorik dan bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak (krir dan kanan).
Demikianlah buku the lerning revolution hadir secara umum dengan melihat dunia belajar dan pembelajaran dapat diolah dengan mengadopsi prinsip-prinsip dari dunia olahraga dan bisnis. Buku ini juga hadir sesuai dengan kebutuhan generasi kondisi kekinian. Bagaimana pun, Quantum Learning dan Accelerated Learning menjadi bagian dari sebuah dunia revolusi dalam belajar dan pembelajaran yaitu The Learning Revolution.

Kritik Subtantial
Munculnya berbagai inovasi baru dalam dunia belar dan pembelajaran adalah sebuah tuntutan zaman. Generasi yang tumbuh di era global yang sarat dengan informasi dan teknologi juga menginginkan wajah baru dari sebuah kemasan pembelajaran, bukan lagi kemasan lama seperti yang dinikmati oleh generasi sebelum mereka. Revolusi cara belajar sudah lebih dahulu diterapkan oleh negara-negara maju dan beriringan dengan itu konsepnya sudah mulai juga merambah masuk pada negara negara berkembang seperti Indonesia.
Suatu hal yang menjadi kelemahan dari suatu revolusi belajar yang notabene memberi kebebasan penuh pada peserta didik dan pembelajar dalam belajar mandiri adalah akan menimbulkan berkurangnya peran dan tanggung jawab sang guru kepada perkembangan peserta didiknya.
Di satu sisi revolusi belajar akan mampu memacu peningkatan kemampuan intelektual umat manusia melalui dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung dalam pembelajaran, segala bahan bacaan dapat di akses dengan mudah dan menyenangkan. Tapi disisi lain telah mengabaikan peranan pendidikan secara umum, yaitu pembentukan akhlaq dan moral manusia. Guru akan sangat tergantung pada fasilitas sehingga lambat laun nantinya peranan guru akan tergantikan oleh media tersebut. Tidak hanya sampai disitu, Peserta didik jika tidak di dampingi dalam proses pembelajaran, maka memungkinkan terjadi misunderstanding dalam memaknai materi yang dilihat.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu siswa harus tetap di temani oleh guru yang pada dasarnya merupakan pendamping dalam dunia pembelajaran, sehingga hasil dari tujuan belajar bisa dicapai dengan maksimal.
References

Bahri Djamarah Syaiful dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, Cet. II; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002

Dryden Gordon dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution), Cet. I; Bandung: Kaifa, 2000

Sagala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet. V; Bandung: CV Alphabeta, 2007
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. XI; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Syaodih Sukmadinata Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Cet. IV; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007

Read More......

Hanya Engkau Disini

Saat semuanya pergi
Hilang tanpa jejak
Engkau tetap disini tak beranjak
Setia menemani

Dikala hati ini rapuh
Berbentuk tak berisi
Engkau juga masih tetap disini
setia menguatkan

Air mata yang jatuh dengan sia-sia jadi berarti
Saat semuanya adalah karenamu
Rindu inipun jadi istimewa
Saat semuanya adalah untukmu

Kenapa semua terlambat aku rasa
Setelah berkelana dirimba hati para pencinta
yang semuanya bermusim
Semua baru aku rasa
Setelah terperangkap dilembah kasih
Yang semuanya hanya lumpur kepalsuan

Engkau yang tetap disini
Menuntunku saat tersesat di rimba itu
Menggapaiku saat kuterperosok di lembah itu
Segala rindu, cinta hanya pantas untumu
sang pemilikku

Read More......

Edelweis

Keabadian
Kau kekal pada masamu
Tiada akhir dari kehidupanmu
Hingga engkaupun tetap hidup
Dengan ataupun tanpa nafas
Kesetiaan
Selalu kau persembahkan
Bagi tiap yang memilikimu
Mereka telah memisahkanmu dari nafasmu
Namun masih kau persembahkan
Harummu padanya
Ketangguhan
Engkau bertahan tak melemah
Atas kondisi apapun kau berada
Kau tetap tegar
Demi hidupmu dan sekitarmu
Yang telah memilikimu


Keihlasan
Tak setetes air kau rasakan
Namun kau trus memberi
Lebih dari kebahagiaan
Hanya dengan memandangimu

Edelweis
The endless life
Kuingin engkau mengajari manusia
Mengajari diriku
Tidak pada kata-kata
Tapi pada makna
Kesetiaan, keabadian,
Ketangguhan dan keikhlasan

Read More......

ya... hidup

Hidup ini adalah pilihan
Bahagia dan sedih adalah jalannya
Tak akan pernah luput
Selamanya….

Menjadi bijak juga adalah pilihan
Belajar memahami segalanya dari sudutnya masing-masing
Yang menjadikan hidup lebih bermakna
Karena disana ada kebahagiaan orang-orang yang dicintai

Namun enjadi pecundang juga adalah pilihan
Yang masih Belajar untuk menemukan kebahagian
Yang menjadikan hidup lebih menyenangkan
Karena disana ada kepuasan hanya untuk diri yang tercinta

Saat ini
Bijak adalah pilihan
Bagi mereka yang masih ingin mendengar kata hatinya
Bukan bagi mereka yang sekedar mendengar kata akalnya

Read More......

Sunday, February 22, 2009

Sang jiwa

Bumi disini ikut mendengar
Alam disana ikut merasakan
Malaikat di surga pun ikut termangu….
Karena makhluk
Mereka tahu tentang sang jiwa

Yang dilubuk hanya membatin
Beribu pesan tak terlafazkan
Hanya terangkai
Dengan butiran mutiara
Yang datang dari telaga bening
Namun
Adakah pula jiwa
Yang mampu merasakannya
Karena hanya jiwa yang mampu memahami sang jiwa
Read More......

My fell

A fell you never want to know
And you yourself grow it
A hope you never want it to be real
And you yourself give it
You are like a betrayal
But not a real

All I feel I tell to star far away
All I hope I tell to angles in the heaven
Let them tell to God what I need
Let the sky write down all
Till God give or not
I’m still here to have my fell n hope
B’cause I believe nothing is useless
Read More......

Wednesday, February 18, 2009

Bahasa Arab Modern

I.PENDAHULUAN
Bahasa Arab (اللغة العربية al-lughah al-‘Arabīyyah), atau secara mudahnya Arab (عربي ‘Arabī), adalah sebuah bahasa Semitik yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa Semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Bahasa Arab modern telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa dengan 27 sub-bahasa dalam ISO 639-3. Bahasa-bahasa ini dituturkan di seluruh dunia Arab, sedangkan bahasa Arab baku diketahui di seluruh dunia Islam.
Di dunia Arab persoalan yang paling akut adalah persoalan bahasa ini. Dalam pola yang khusus, problem ini dengan jelas bisa dilihat dari perbedaan mencolok antara bahasa yang dipergunakan di rumah, jalan atau bahasa sehari-hari dengan bahasa tulis, lisan, dan bahasa ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Perbedaan antara bahasa fusha (resmi) dengan ragam dialek bahasa `âmiyah (pasaran) sangatlah kentara. Anak-anak Arab banyak mengalami kesulitan ketika mempelajari bahasa fusha, baik dalam hal pengucapan, penulisan ataupun penyusunan. Kesulitan yang sama juga mereka alami ketika berinteraksi dan mempelajari bahasa asing non-Arab. Tidak hanya sampai di sini tapi parahnya, bahasa fusha yang diajarkan di sekolah-sekolah tidak mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tataran pemikiran ataupun pengungkapan. Karena bahasa fusha dalam bentuknya sekarang hanya mampu mencakup sedikit saja dari pelbagai macam fenomena yang digeluti tiap hari. Yakni fenomena-fenomena hasil peradaban modern, baik bersifat material maupun maknawi. Ini di satu sisi. Sedangkan di sisi lain, bahasa `âmiyah mampu mencakup wilayah yang lebih luas karena eksistensinya sebagai bahasa inklusif. Bahasa yang menerima tambahan "kata-kata baru" (al-dakhîl) dari bahasa non-Arab, dengan tanpa batas.

Keterpisan (infishâl) antara bahasa fusha dengan dialek setempat dalam peradaban Arab, bukanlah akibat dari pengaruh abad XXI atau abad XX. Bukan juga dari friksi antara peradaban Arab dengan peradaban modern. Tapi, hal itu berakar pada masa ekspedisi-ekspedisi Islam pertama hingga awal kejayaan peradaban Islam itu sendiri, minimal hingga awal kekuasaan Dinasti Umawiyah. Tepatnya, ketika para penduduk negeri taklukan mulai berasimilasi dengan masyarakat Arab-Islam, seraya tetap membawa bahasa dan kebudayaan asli mereka.
Sejarah telah mencatat bagaimana bahasa Arab mengalami masa fluktuatif, beberapa kali mengalami kemerosotan setelah sebelumnya juga mengalami kemajuan. Hal ini terjadi seiring dengan pergolakan politik dan invasi yang terjadi di dunia Arab sendiri maupun Negara lain yang banyak memberi pengaruh pada dunia Arab.
Perkembangan zaman juga telah menuntut bahasa Arab untuk melakukan rekonstruksi dan kodifikasi terhadap istilah-istilah modern dan kontemporer dalam arti semua kosa-kata yang dibutuhkan untuk mengekspresikan realitas-realitas kehidupan modern sekarang, baik bersifat material maupun pemikiran.
Yang akan dibahas pada makalah ini adalah apa pengertian bahasa Arab Modern, bagaimana awal perkembangan bahasa Arab modern, langkah–langkah pengembangan bahasa Arab modern, dan bagaimana pengaruh uslub eropa terhadap bahasa arab modern dan kontemporer.
II. PEMBAHASAN
Pengertian bahasa Arab Modern
Sebelum membahas tentang awal perkembangan bahasa Arab modern akan diungkap sedikit tentang apa itu bahasa Arab modern. Dilihat dari perkembangan bahasa Arab yang demikian pesat dan beragam, corak bahasa Arab dewasa ini mempunyai tiga bentuk, yaitu: Bahasa Arab klasik, bahasa Arab Modern dan bahasa Arab dialek (Ammiyah).
Bahasa Arab klasik yaitu bahasa Arab Alqur’an. as-Sunnah, dan bahasa Arab zaman kuno sampai zaman modern, yaitu zaman dimulai sejak Prancis menduduki Mesir pada tahun 1798M. Dari bahasa klasik ini timbul bahasa Arab modern yaitu bahasa Arab klasik yang dibubuhi elemen-elemen modern.
Varietas bahasa Arab modern ini yang bersumber dari bahasa Arab klasik adalah sama dengan bahasa Arab yang dipakai oleh masyarakat zaman Rasulullah meskipun tentu saja terdapat beberapa kosa kata baru buat objek-objek dan konsep-konsep kurang familiar 14 abad yang lalu.
Varietas ini adalah media pokok komunikasi dalam bentuk buku-buku, majallah, surat kabar, papan pengumuman, dokumen pemerintahan dan surat-menyurat, juga dipakai oleh media televisi dan radio, termasuk dalam pidato-pidato serta konfrensi-konfrensi dan seminar-seminar ilmiah bahkan dibangku-bangku kuliah.
Sedangkan untuk percakapan sehari-hari, bahasa Arab yang digunakan bukanlah bahasa Arab fushah baik itu klasik ataupun modern, tetapi bahasa Arab Ammiyah yang sesuai dengan dialek daerah masing-masing. Dalam jenis bahasa Arab ini terdapat perbedaan yang sangat khas antara satu dialek dengan yang lainnya yang berupa perbedaan kosakata dan pengucapan.
Awal perkembangan bahasa Arab modern
Bahasa Arab pada pemerintahan kesultanan Usmaniyah mengalami keadaan yang statis. Ia tidak berkembang mengikuti perkembangan dan kemajuan hidup modern yang dibawa zaman sesudah terjadinya kebangkitan, tepatnya setelah revolusi industry di Eropa. Sesudah kekuasaan Prancis yang dikomandoi oleh Napoleon Bonaparte mulai menjajah Mesir akibat keberhasilan serbuan Napoleon pada 1798 M di Mesir, kesadaran untuk bangkit dari keterpurukan dan harapan maju dengan landasan ilmu pengetahuan modern mulai berkembang. Kesadaran tersebut lahir terutama di kalangan kelompok masyarakat Mesir, setelah mereka terpengaruh golongan intelektual Eropa yang datang ke Mesir bersama serbuan Napoleon.
Masyarakat Mesir khususnya kaum terpelajar merasakan hembusan revolusi yang dibawa oleh Perancis yang berhasil menaklukkan Mesir. Mereka merasa tergugah untuk melakukan kodifikasi bahasa-bahasa Arab klasik yang menjadi standar bagi bahasa Arab modern yang telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa liturgi Islam sejak lebih kurang abad VI.
Golongan intelektul Eropa yang mendapat posisi sangat terhormat tersebut di Mesir membangun berbagi sarana yang melandasi dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di Mesir, seperti lembaga ilmu pengetahuan, perpustakaan sekolah, surat kabar, laboratorium penelitian dan percetakan Arab. Banyak lembaga pendidikan untuk berabagi kalangan dibuka guna mempelajari bermacam-macam pengetahuan, seperti pengetahuan kemiliteran, kedokteran, teknik, pertanian, kesenian, adminisrtasi, bahasa dan terjemahan.
Bahasa Arab adalah bahasa pengantar di sekolah tersebut karena guru-guru yang mengajar sebagian besar adalah alumni Eropa dari kelompok misi mahasiswa Mesir yang beberapa tahun sebelumnya telah berhasil melanjutkan studi ke Eropa. Kuliah-kuliah yang diberikan guru besar asing juga disampaikan dalam bahasa Arab setelah melalui penerjemahan.
Rifa’ah Rofi’at, Tohtowi misalnya dapat dianggap sebagai perintis dalam penciptaan istilah-istilah modern. Istilah-istilah tersebut mereka gali dalam buku-buku ilmiah berbahasa Arab yang klasik, kemudian diterapkan sebagi istilah-istilah untuk berbagai bidang ilmu pengetahuan. Inilah salah satu langkahyang paling berhasil dalam rangka mengatasi dan menguarai sebab-sebab keterbelakangan bahasa Arab sekaligus meletakkan dasar kokoh bagi bahasa Arab untuk menjadi bahasa yang dinamis dan mampu berkembang secara wajar.
Langkah langkah pengembangan bahasa Arab modern.
Mengingat daerah-daerah lain yang letaknya berjauhan dengan negara-negara Arab, dan dijadikannya bahasa Turki secara resmi diajarkan dan menjadi bahasa pengantar di sekolah–sekolah dan lembaga pendidikan di pemerintah Kesultanan Usmaniyah, maka dalam rangka mempertahankan bahasa Arab, pada akhir abad 19, al-Jami’iyah al-khairiyah al-islamiyah mendirikan sekolah-sekolah di Damaskus dan kota-kota lainnya di Syiria. Pada saat yang bersamaan, di Beirut dan beberapa bagian lainnya di Libanon, sekolah-sekolah juga didirikan oleh misi agama Kristen.
Sekolah-sekolah tersebut memberi perhatian yang sangar besar kepada bahasa Arab dan mendukung usaha-usaha pembinaannya. Bahkan, sebuah Universitas yang bernama American University pun dibangun di kota Beirut. Di universitas ini bahasa Arab diajdikan sebagai bahasa pengantar dalam perkuliahan. Karena itu tidak mengherankan bila diantar amahasiswa universitas ini bermunculan orang asing (non Arab) yang ahli dalam pengetahuan bahasa Arab. Pada akhir abad ke 19 orang asing yang pemahaman bahasa arabnya sangat bagus itu mampu menerjemahkan beberapa buku ilmiyah kedalam bahasa Arab.
Dalam menerjemahkan buku-buku tersebut mereka menggunakan, meninjau dan menyempurnakan istilah-istilah yang lazim digunakan buku-buku karya penulis Mesir sebelumnya. Ini merupakan langkah berani dan sangat maju bagi usaha pengembangan bahasa Arab untuk digunakan sebagai bahasa ilmu dan bahasa pengetahuan modern serta peradabannya. Sayang tidak lama setelah itu pihak American University menyingkirkan bahsa Arab yang semula ditetapkan sebagai bahasa pengantar. Bahkan dunia pendidikan tinggi Libanon dan Syiria pun menjadikan bahasa Arab sebagi bahasa yang tidak layak digunakan.
Keadaan demikian terus berlangsung hingga akhirnya dikota Damaskus didirikan sebuah fakultas kedokteran pada 1919M. Di fakultas ini ilmu kedokteran mulai diajarkan kembali dengan bahasa pengantar adalah bahsa Arab. Sejak itu bahasa Arab menempati posisinya kembali di dunia pendidikan tinggi di semua negara Arab. Pengaruh yang paling menonjol pada perkembangan bahasa ini adalah tibulnya kecenderungan untuk memperluas penggunaan kata-kata baru yang berasal dan diserap dari beberapa bahasa Eropa. Kata-kata baru semacam itu jumlahnya semakin besar dan penggunaannya dianggap memunculkan bahasanya terhadap eksistensi bahsa Arab karena itu bangkitlah gerakan-gerakan yang berusaha menghidupkan kembali pusaka kebudayaan lama dan juga menghidupkan kembali penggunaan kata asli Arab dari bahasa Arab fushah.
Untuk menyukseskan rencana gerakan itu, dibuatlah percetakan dan penerbitan buku di negara-negara Arab untuk memasyarakatkan kembali buku-buku sastra Arab dari segala zaman yang jumlahnya sangat banyak. Kehadiran buku-buku sastra tersebut akhirnya melahirkan gerakan pemurnian bahasa Arab seperti yang pernah terjadi pada zaman sebelumnya.
Sarana paling penting yang diciptakan oleh para pioner, ulama, dan orang-orang yang punya “hobi” dalam mengumpulkan bahasa Arab ialah "risalah-risalah kecil tentang kata dan makna". Sebagian besar dari risalah-risalah tersebut masih ada sampai sekarang, yang memuat tentang nama-nama. Seperti kitâb al-mathar (risalah tentang hujan) dan kitâb al-laba` wa al-laban (risalah tentang colostrums dan air susu) karya Abu Zaid Al-Anshary, kitâb al-ibil (risalah tentang onta), kitâb al-khail (risalah tentang kuda), kitâb al-syitâ` (risalah tentang musim dingin), kitâb asma` al-wuhûsy wa shifatiha (risalah tentang nama-nama binatang buas dan sifat-sifatnya), kitâb khalq al-insân (risalah tentang penciptaan manusia), kitâb al-nakhl wa al-karm (risalah tentang korma dan anggur), dan kitâb al-nabât wa al-syajar (risalah tentang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan) karya Al-Ashma`i. Semuanya adalah risalah-risalah khusus yang memuat kata-kata dari bahasa Arab yang fasih dan berlaku dalam tema tertentu.
Hasil yang paling mengagumkan dan tampak jelas ialah penggantian banyak sekali kata asing dengan kata-kata asli Arab dalam berbagi sigat yang baru. Adapun segi bahasa yang dipengaruhi oleh bahasaEropa tetap terbuka untuk menerima pengaruh dari bahasa Eropa tersebut. Banyak ungkapan dan kosakata yang sebenarnya hanya merupakan penerjemahan yang salah satu dari bahasa Eropa sedangkan gaya bahasanya tidak mengalami perubahan. Hal tersebut banyak terdapat, terutama dalam bahasa jurnalistik. Pengaruh bahasa-bahasa Eropa tidak hanya terbatas pada bahasa Arab fushah, tetapi merembes juga ke dalam bahsa Arab ammiyah. Akibat pengaruh itu, bahasa ammiyah juga mengalami perubahan-perubahan meskipun berjalan sangat lambat.
Selanjutnya dilakukan usaha pengembangan terhadap bahasa Arab fushah, diantara usaha-usaha tersebut adalah pendirian lembaga bahasa arab (Majma’u al Lughah) pada tahun 1934M. Tujuan utama pendirian lembaga ini adalah untuk memelihara keutuhan kemurnian bahasa Arab fushah dan melakukan pengembangan agar menjadi bahasa yang maju dan mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan kemajuan dunia seni, ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Jauh sebelum lembaga bahasa arab tersebut dibentuk, bahasa arab sudah mengalami kemajuan yang sangat baik setelah metode pengajaran bahasa arab diperbahrui di lembaga-lembaga pendidikan.
Langkah pembaharuan tersebut dimulai di Institut Darul Ulum (Ma’had Darul ‘Ulum)ketika studi sastra Arab mulai diajarkan Syekh Husain A-lMarshafi dengan nama ‘Ulum al-Adab. Untuk memenuhi kebutuhan referansi mata kuliah tersebut,beliau kemudian menulis dua buku yang masing-masing al-Washilah al-Adabiyah dan Sulammu al Mustarsyid. Setelah syekh Husain al-Marshafi berhasil mengembangkan lembaga bahasa itu, beliau digantikan Syekh Hamzah Fathullah yang juga berhasil menulis buku yang berjudul Al Mawahib al-Fathiyyah fi allughah al Arabiyyah. Sebenarnya kedua metode pengajaran yang dikembangkan kedua orang ahli bahasa itu tidak jauh berbeda dengan metode yang digagas al-Mubarrid (Abu al-Abbas Muhammad)dalam bukunya yang sangat terkenal al-Kamil, Abu ‘Ali al-Qali dalam bukunya al-Bayan wa Tabyin. Materi-materi yang disajikan dalam buku-buku tersebut meliputi berbagai hal seperti puisi (asy-syi’ir), prosa (al-Atsar), pribahasa (al Amtsal) dan kisah (al-Qishah) yang diuraikan dari berbagai aspek seperti sharaf, nahwu,balaghah, dan arudl.
Metode tersebut menjadi pint of return untuk perubahan-perubahan pembaharuan berikutnya hingga perkembangannya menjadi mirip dengan metode yang dikembangkan oleh penulis-penulis jerman seperti Carl Brockleman yang membedakan antara studi sejarah sastra dan studi kritik sastra. Metode tersebut tercermin dalam buku Tarikh Adab al-Lughat al Arabiyyah dan al-Wasith al Adab karya Ahmad al Iskandari, Metode tersebut diterapkan lebih dalam lagi di al-Jamiah al Misriyyah al Ahliyyah.
Selanjutnya George Zaidan dengan bukunya yang berjudul Tarikh al Adab dan Mustafa shadirah Rafi’I (sekitar tahun 1911-1914) dengan bukunya Tarikh al Adab al Arab telah menarik perhatian orang orang terhadap bahasa Arab terutama mengarang dibidang sastra Arab dengan pembahasan yang lebih luas dan cakupan materi yang lebih dalam dari pada ahli bahasa yang ada di Mesir yang kemudian diformulasikan dengan metode barat.
Pengaruh lain dari hadirnya kedua buku tersebut ialah semakin meluasnya keinginan untuk berekpresi secara bebas dan kebebasan mimbar serta penelitian di Kampus al Jami’ah al Mishriyyah. Realitas ini mempesatkan kemajuan yang dicapai pengajaran bahasa dan sastra Arab. Salah satu bukti nyata itu adalah Thaha Husain berhasil meraih gelar doktor yang merupakan gelar doktor pertama yang diberikan al Jami’ah al Mishriyyah dengan judul disertasi Dzikra Abil ‘Ala pada tahun 1914.
Ada banyak guru besar al Jami’ah al Mishriyyah yang menghasilkan karya-karya tulis terbaik mereka seperti Hifni Nasif dengan karyanya Tarikh al Adab. Sepulang dari Eropa Ahmad dlaif dan Thaha Husen menulis buku-buku yang merupakan sumbangan pemikiran mereka bagi pembaharuan metode pengajaran bahasa dan sastra Arab. Ahmad dlaif menulis dua buku, Muqaddimah li Dirosah Balaghah al Arab (1921) dan Balaghah al Arab fi al Andalus (1924), sedangkan Thaha Husen menulis buku Fi al Adab al Jahil.
Pada masa ini juruan bahasa Arab dan bahasa Semit menjadi jurusan terkemuka diantara beberapa jurusan yang di buka di al Jami’ah al Mishriyyah. Demikianlah perkembangan yang terjadi dalam bahasa Arab modern mempengaruhi perkembangan pengajaran bahasa Arab dan demikian sebaliknya perkembangan metodologi pengajaaran bahasa Arab berpengaruh pada perkembangan bahasa Arab itu sendiri.
Demikianlah perkembangan bahasa Arab modern yang terjadi secara continiu meskipun terkesan agak lambat karena bebagai hambatan. Dan akhirnya dunia Arab menerima keberadaan Bahasa Arab Modern yang notabene adalah bahasa fushah sebagai bahasa resmi di Negara-negara mereka. Dan selanjutnya bahasa Arab modern dituntut untuk senantiasa mengikuti perkembangan dan melahirkan bahasa Arab kontemporer.
Pengaruh Eropa terhadap bahasa Arab Modern dan Kontemporer.
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sejak akhir abad XX yang juga disebut dengan era informasi dan komunikasi, dunia barat mengambil alih kendali informasi dunia dengan penguasaan mereka terhadap media massa baik cetak maupun elektronik sehingga dengan cepat media massa mereka berpengaruh kepada media massa Negara-negara berkembang (Developing Countries) dalam hal istilah-istilah dan ungkapan-ungkaapan tertentu.Dibawah ini dikemukakan beberapa ungkapan yang diadopsi dari media massa barat, antara lain:
Memburuknya hubungan antara kedua Negara
توتر العلاقات بين البلدين
Menang dengan suara mayoritas mutlak
فازبأقلبية ساحقة
Tidak ada yan baru
لاجديد تحت الشمس
Last but not least
وأخيرا ليس أخرا
Mencermati situasi terkini
يسلط (يلقى) الضوء على الموقف الراهن
Merupakan ancaman bagi perdamaian
يشكل خطرا على السلام
Meliputi berita world cup
يغطى أخبار بطولة كأس العالم
Bermain api
يلعب بالنار
Memegang peran kunci dalam perpolitikan
يلعب دورا حطيرا فى السياسة
Selain itu media massa juga menggunakan istilah-istilah kontemporer yang sebagiannya bermakna lain dari pemakaian biasa, diantaranya sebagai berikut:

Member penjelasan = أدلى يدلى ببيان
Protes = احتجاج
Naik banding = لستئناف
Penjajahan = استعمار
Referendum = استقتاء
Cloning =استنساخ
Menumpang = استقل-يستقل السيارة
Reformasi = اصلاح
Hukuman mati =اعدام
Globalisasi = انفتاح العالمى
Sederhana = بسيط
Inflasi = تضخم
Siaran tunda = تسجيل
Demikianlah beberapa contoh bahasa kontemporer dalam bahasa Arab yang merupakan salah satu bentuk perkembangan dari bahasa Arab di zaman modern ini.
III.KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas pada pembahasa dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Bahasa Arab modern adalah bahasa arab klasik yang telah telah resmi menjadi bahasa sastra Arab modern, bahasa buku-buku ilmiah dan bahasa pidato resmi kenegaraan dan administrasi pemerintahan Negara-negara Arab. Yang mana muncunya berawal sejak Mesir ditaklukkan oleh Napoleon Bonaparte>
Langkah- langkah pembaharuan yang dilakukan oleh para kaum terpelajar untuk mengembangkan bahasa Arab yaitu dengan dibuatnya lembaga kajian bahasa, perpustakaan, penerbitan buku-buku literature sastra dan bahasa Arab. Serta dirumuskannya beberapa metode pengajaran bahasa Arab yang membantu dalam menarik minat masyarakat belajar bahasa Arab yang modern.
Bahasa Arab yang terambil dari bahasa klasik juga mengalami perkembangan kearah bahasa Arab kontemporer Karena adanya tuntutan zaman. Untuk istilah-istilah kontemporer khususnya kosakata komunikasi, banyak diadopsi dari bahasa-bahasa media barat yang menjadi kiblat atas kemajuan informasi tekhnologi.

Refrensi
Artikel,http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab. Diakses tanggal 24,April 2008
Muhammad Abied al-Jabiri, Opini, http://www.islamemansipatoris.com/ diakses tanggal 30 October 2008
Muhammad Luthfi, Makalah,(Kedudukan Bahas Arab Dewasa Ini dalam Percaturan dunia Internasional), Disampaikan pada Seminar Inter Nasional di hotel Kenari Makassar 8-oktober-2008
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Cet.II;Bandung: umaniora, 2007)
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya,(Cet.II; Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2004)
Sabah GAzzawi, The Arabic Language, (Washinton: Center for Contemporary Arab Studies, 1992)
Muhammad Abied al-Jabiri, Opini, http://www.islamemansipatoris.com/ diakses tanggal 30 October 2008
Danial Jalaluddin, “Bahasa Arab Di Era Global”,Makalah, (Makassar, PPs UIN Alauddin t.th)
Abd. Azis Syaraf, al Lughah al ‘Ilamiyah, (Cairo, t.p.,t.th.)
Read More......

Tuesday, January 27, 2009

writing

Interaksi sosial
(Sebuah bentuk hubungan manusia sebagai makhluk sosial)
A. Defenisi
Manusia disamping sebagai makhluk individual, makhluk religi juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individual menusia mempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi, dan sebagai makhluk religi manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan kekuatan diluarnya, adanya hubungan yang bersifat vertikal, dan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang lainnya.
Dengan adanya dorongan pada manusia untuk mengadakan hubungan dengan manusia yang lain, maka kemudian terbentuklah kelompok dalam masyarakat yang didalamnya berlangsu proses interaksi antara masing-masing individu yang ada di dalamnya.
Interaksi sosial adalah hubungan individu yang satu dengan yang lainnya. Di mana individu yang satu dapat mempengaruhi yang lain atau sebaliknya. Jadi disini terdapat hubungan yang timbale balik. Hubungan ini dapat berupa individu dengan individu, individu dengan kelompok atau hubungan kelompok dengan kelompok yang lain.
Dalam interaksi sosial, ada kemungkinan bahwa individu dapat menyesuaikan diri dengan yang lainnya atau sebaliknya, atau dengan kata lain individu dapat menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Pengertian penyesuaian disini dalam pengertian yang luas, yang berarti bahwa individu dapat meleburkan diri dalam lingkungan yang dihadapinya atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan disesuaikan dengan apa yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan.
Berdasarkan intensifitas interaksi dalam kelompok, maka kelompok terbagi atas dua macam yaitu:
1. Kelompok sosial primer, yaitu kelompok sosial yang mempunyai interaksi yang cukup intensif, cukup akrab, hubungan antara anggota satu dengan anggota lainnya cukup baik. Kelompok ini sering juga disebut face to face group.
2. Kelompok sosial sekunder, yaitu kelompok sosial yang mempunyai interaksi yang kurang mendalam. Hubungan antara anggota-anggota didalamnya kurang mendalam dan agak renggang. Hubungan dalam kelompok sekunder lebih bersifat formal, objektif, logis rasional, dan kurang bersifat kekeluargaan.
B. Faktor-faktor Interaksi
Interaksi sosial yang kelihatannya sangat sederhana ini sebenarnya merupakan suatu proses yang cukup kompleks, yang didasari dan dilandasi oleh beberapa factor psikologi. Bebeparapa faktor yang melandasinya tersebut adalah:
1. Faktor Imitasi
Seperti yang dikemukakan oleh G. Tarde bahwa factor yang melandasi interaksi ini adalah faktor imitasi. Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Menurut Tarde, masyarakat itu tiada lain dari pengelompokan manusia dimana individu yang satu mengimitasi dari yang lain dan sebaliknya. Ini berarti bahwa faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakat atau interaksi sosial. Tapi imitasi tidaklah berjalan dengan sendirinya sehingganindividu yang satu akan dengan sendirinya mengimitir individu yang lainnya.
Untuk mengadakan imitasi, ada faktor-faktor psikologi lain yang ikut menentukan. Dengan kata lain bahwa imitasi tidak berjalan secara otomatis, adanya faktor-faktor yang mendahului hingga individu itu mengadakan imitasi. Untuk dapat mengimitasi sesuatu maka harus ada sikap menerima, sikap mengagumi, sikap menjunjung tinggi apa yang diimitasi.
Beberapa contoh peranan imitasi dalam kehidupan sosial misalnya, mempelajari bahasa dimana bahasa sebagai salah satu alat komunikasi. Bahasa dipelajari melalui imitasi. Anak mengimitasi apa yang didengarnya, yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, sehingga dengan demikian berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sosial. Contoh lain misalnya dalam hal tingkah laku, model model pakaian, dan sebagainya.
2. Faktor sugesti
Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam psikologi sugesti ini dibedakan adanya:
a. Auto-sugesti. Yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari dirinya sendiri.
b. Hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Baik auto-sugesti maupun hetero-sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang cukup penting. Banyak hal-hal yang tidak diharapkan oleh individu disebabkan baik karena auto-sugesti maupun karena hetero-sugesti.
Sering individu merasa sakit-sakitan saja, walaupun secara objektif tidak apa-apa. Tetapi karena auto sugestinya, maka individu merasa dalam keadaan tidak sehat. Dalam lapangan psikologi sosial, peranan hetero-sugesti akan lebih menonjol dari pada auto sugesti.
Dalam psikologi sosial banyak individu-individu menerima sesuatu cara ataupun pedoman-pedoman, pandangan, norma-norma, dan sebagainya dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu terhadap apa yang diterimanya. Misalnya dalam bidang periklanan, karena bagusnya kemasan dan penyampaian dalam penjualan maka orang lain akan menerimanya tanpa berpikir panjang.
Peranan sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial adalah hampir bersamaan satu dengan yang lainnya yang sebenarnya berbeda. Dalam hal imitasi orang yang satu mengimitasi orang lain. Orang yang mengimitasi aktif, sedang yang diimitasi adalah pasif dalam arti bahwa yang diimitasi tidak dengan aktif memberikan apa yang diperbuatnya itu. Dalam sugesti orang dengan sengaja, dengan secara aktif memberikan pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya, agar orang lain dapat menerima apa yang diberikan itu.
Sugesti akan mudah dapat diterima oleh orang lain jika dalam kondisi sebagai berikut:
a. Sugesti akan mudah diterima oleh orang lain bila daya berpikirnya secara kritis dihambat. Makin kurang daya kemampuannya memberikan kritik maka akan makin mudahlah ornag itu menerima sugesti dari orang lain. Daya kritik itu akan mengalami hambatan kalau individu itu terkena stimulus yang bersifat emosional.
Contohnya, orang yang telah berjam-jam rapat biasanya bila sudah lelah maka adanya keengganan untuk berpikir secara berat, sehingga dalam keadaan yang demikian ini individu akan mudah menerima pendapat atau sugesti dari pihak lain.
b. Sugesti itu akan mudah diterima oleh orang lain jika kemampuan berpikirnya itu terpecah belah (dissosiasi).
Orang mengalami dissosiasi kalau orang itu dalam keadaan kebingungan. Karena mengahadapi bermacam-macam persolan misalnya, orang yang sedang dalam kebingungan pada umumnya akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain tanpa berpikir jauh terlebih dahulu.
Secara psikologi, orang yang sedang dalam kebingungan itu ingin segera mencari pegangan untuk mengakhiri kebingungan tersebut. Karena itu kalau keadaan masyarakat dalam kebingungan, maka hal itu akan memberikan suasana yang menguntungkan untuk dapat memberikan sugesti-sugesti yang berupa pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya, yang akan mudah dapat diterima oleh orang lain.
c. Sugesti itu akan mudah diterima jika materinya mendapat dukungan orang banyak(sugesti mayoritas)
Dalam hal ini orang akan mempunyai kecendrungan untuk menerima sesuatu pandangan, pendapat, norma dan sebagainya apabila mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas, yaitu sebagian besar dari kelompok atau golongan memberikan sokongan atau pendapat, pandangan-pandangan tersebut. Orang akan merasa terasing apabila ia menolak pendapat pandangan atau norma-norma dan sebagainya yang telah mendapatkan dukungan dari mayoritas. Orang beranggapan oleh karena sebagian dari anggota telah menerimanya.
d. Sugesti akan mudah diterima oleh orang lain apabila yang memberikan materi itu orang yang mempunyai otoritas.
Walaupun materi yang diberikan sama, tetapi yang memberikan berbeda, maka akan terdapat perebedaan di dalam menerimanya. Dalam hal ini orang yang mempunyai kecenderungan akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain apabila yang memberikan itu mempunyai otoritas mengenai masalah tersebut. Hal demikian akan menimbulkan suatu sikap percaya bahwa apa yang dikemukakan itu memang benar.
e. Sugesti akan mudah diterima oleh orang lain telah ada pendapat yang searah yang mendahuluinya.
Bila dalam diri individu telah adanya pendapat yang mendahuluinya dan pendapat ini dalam keadaan yang samara-samar dan pendapat tersebut searah dengan yang disugestikan, maka pada umumnya orang itu akan mudah menerima pendapat atau sugesti tersebut. Orang yang ada dalam keadaan ragu-ragu akan mudah menerima sugesti dari pihak lain.
Contohnya, orang yang mempunyai pendapat bahwa minyak angin caplang merupakan minyak angin yang cukup baik bila dibandingkan denga minyak angina yang lainnya. Tetapi pendapat ini masih merupakan pendapat yang samar-samar. Tiap hari orang tersebut mendengar iklan bahwa minyak itu merupakan minyak terbaik maka orang tersebut akan menerima sugesti itu.
3. Faktor Identifikasi
Faktor lain yang juga mempunyai peranan penting dalam interaksi sosial adalah factor identifikasi.Identifikasi ialah suatu istilah dari S. Freud seorang tokoh dalam bidang psikologi khususnya dalam psikoanalisa. Identifikasi merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini Freud menjelaskan bagai mana anak mempelajari norma-norma sosial dari orang tuanya.
Didalam identufikasi ini anak mengambil alih sikap-sikap ataupun norma-norma dari orang tuanya yang dijadikan tempat identifikasi itu. Masa dimana anak atau individu paling banyak melakukan identifikasi ialah pada masa remaja. Karna itu, pada masa remaja ini banyak anak mencari tempat identifikasi pada orang-orang yang dianggapnya ideal. Salah satu faktor yang menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan pada anak remaja karena kurang adanya figur-figur yang dipandang ideal bagi remaja.
4. Faktor Simpati
Simpati merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Oleh karna simpati merupakan perasaan maka simpati timbul bukan atas logika rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Disamping mempunyai kecenderungan tertarik kepada orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain yang disebut antipati.
C. Komunikasi
Kounikasi merupakan hal yang penting dalam proses interaksi di dalam kelompok atau masyarakat. Salah satu karakteristik dari hampir semua kelompok adalah bahwa beberapa orang berbicara terlalu banyak dan yang lain terlampau sedikit. Dalam suatu seminar, misalnya, biasanya ada satu atau dua orang yang memonopoli diskusi apapun masalah yang dibicarakan.
Sedangkan komunikasi menurut Sherif dan Hovland, bisa mendekatkan sikap individu dengan sikap orang lain tetapi bisa juga malah semakin menjauhkannya. Hal ini tergantung pada posisi awal individu tersebut terhadap posisi-posisi individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan lebih memperjelas persamaa-persamaan antara mereka dan dekatnya posisi mereka sehingga terjadilah pendekatan-pendekatan.
Para ahli telah menemukan apa yang disebut dengan struktur komunikasi yang sangat menentukan kebebasan berkomunikasi. Dalam struktur lingkaran, semua anggota dapat berkomunikasi dengan anggota disebelahnya dan tidak dengan yang lain. Dalam struktur berantai, dua anggota masing masing hanya dapat berbicara dengan satu orang anggota lain. Dalam struktur roda, yang berada dipusat dapat berbicara dengan seluruh anggota tetapi anggota hanya bisa berbicara pada anggota yang ada di pusat. Sedangkan dalam struktur pola Y, tiga orang yang berada diujung rantai hanya bisa berkomunikasi dengan satu anggota didekatnya, dan hanya satu anggota yang dapat berbicara dengan dua anggota lainnya dan anggota kelima yang ada dipusat dapat berbicara dengan tiga orang.
Jaringan komunikasi mempengaruhi semangat juang kelompok. Leavit (1951) menyimpulkan bahwa semakin besar kebebasan anggota kelompok untuk berbicara, semakin besar kepuasan yang akan diperoleh. Selain itu komunikasi juga dapat mempengaruhi efesiensi pemecahan masalah dalam kelompok atau masyarakat.
Berikut ini beberapa ciri-ciri komunikasi yang valid:
1. persepsi masing-masing anggota kelompok tentang posisinya sendiri dalam kelompok sesuai dengan persepsi anggota kelompok yang lain.
2. Tujuan kelompok yang disepakati bersama, sejalan dengan keinginan masing-masing anggota.
3. Antar anggota terbuka kemungkinan untuk berkomunikasi dalam berbagai tingkatan.
Pada waktu orang-orang yang tidak saling mengenal membentuk kelompok, ada keragu-raguan (ancertainty) tertentu yang menghambat proses kemunikasi karena biasanya tidak ada orang yang tidak mau menyatakan perasaannya dengan bebas kalau dia tidak tahu betul bagaimana reaksi orang terhadap pernyataanya itu.
Keraguan pada awal komunikasi itu dapat dibagi dalam dua wilayah utama, yaitu wilayah ketergantungan (dependence) dan wilayah saling ketergantungan (independence). Dalam wilayah ketergantungan, keraguan menyangkut masalah otoritas. Pertanyaannya adalah siapa yang berkuasa atas siapa, atau saipa yang akan menjadi pemimpin dan siapa yang harus menjadi pengikut? Dalam wilayah saling ketargantungan, keraguan menyankut masalah hubungan antara anggota kelompok. Pertanyaannya adalah seberapa jauh salah satu orang akan mendapat atau memberi afeksi dari atau kepada orang lainnya? Seberapa jauh kedekatan emosional akan terjadi?
Untuk mencapai tujuan kelompok, yaitu kemunikasi yang valid, kelompok harus mencairkan keraguan ini. Dalam proses pencairan keraguan itu, keraguan tentang masalah otoritas diselesaikan dahulu, baru menyusul penyelesaian keraguan tentang afeksi. Dengan perkataan lain, keraguan ketergantungan diselesaikan lebih dahulu dan merupakan prasyarat bagi penyelesaian keraguan saling ketergantungan.
Daftar Pustaka

Roberts. Feldman, Social Psychology Theories Research and Application, Singapore; Mc. Graw, Hill Book Co, 1985

Sarwono, Sarlito Wirawan, Teori-Teori Psikologi Sosial, Cet. IX; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004

Sears, David O, Jonathan L Freedman, L Anne Peplau, Psikologi Sosial, Terj. Michel Adriyanto, Jakarta; Erlangga, 1985

Walgito Bimo, Psikologi Sosial, Ed. Revisi, Yogyakarta: Andi, 2002

Watson, David L, Social Psichology Science and Application, USA; Scott, foresman and Company, 1984

Read More......

Untitled

Mendung kau tampakkan kesedihanmu

Hingga menetes dengan rintik

Angin kencang menyapa

Hingga tetesan mengalir deras

Badaipun tak tinggal diam

Membiarkan tak menemani

Hingga ia pun ikut berbela

Dunia ikut tergoncang

Hingga langit tambah geram

Smuanya tumpah ruah

Malam hanya membisu

terlena

hingga ia seakan enggan untuk berlalu

Kurengkuh jiwaku

Takut..

Berharap disini tak terasa

Mendendam

Tuhan tolong selimuti Aku

dengan rahmatMu


Read More......