Thursday, February 26, 2009

Book Review

The Learning Revolution

Anda belajar melalui apa yang anda lihat,
apa yang anda dengar, apa yang anda sentuh, apa yang anda baui,
apa yang anda kecap, apa yang anda lakukan, apa yang anda bayangkan,
apa yang anda intuisikan, dan apa yang anda rasakan.

Jeannette Vos


Pengantar
The Learning Revolution, Sebuah buku yang membawa manusia pada sisi lain dari dunia belajar. Buku ini merupakan buah karya kolaborasi antara Gordon Dryden, berkewarga negaraan Selandia Baru yang merupakan seorang penyiar sekaligus pemilik stasiun TV, dan Jeannette Vos, seorang warga Negara Amerika dan peraih doktor dalam bidang pendidikan. Gabungan luar biasa dari peneliti akademis dan seorang komunikator media ini mempersembahkan paduan yang sangat andal untuk melakukan revolusi, sehingga abad abad baru tidak sama lagi dengan masalah masalah lalu.
The Learning Revolution, buku fenomenal yang terjual sebanyak 2.007.691 kopi hanya dalam tiga minggu, membuat kita tersadar tentang dunia belajar yang dulunya dianggap melelahkan ternyata adalah dunia yang menyenangkan. Efektifitas belajar yang selalu digambarkan dengan “keseriusan” dan “konsentrasi” kurang sejalan dengan trend pembelajaran ataupun tuntutan yang diingikan oleh peserta didik/pembelajar pada kondisi sekarang ini.
Ide revolusi cara belajar yang diusung oleh Gordon Dryden dan Jeannette Vos dalam bukunya sangat dikuatkan dengan kutipan yang diungkapkan oleh Peter Kline, seorang penulis “The Everyday Genius”, yang menyatakan bahwa “Learning is most effective when it’s fun.”(Belajar akan efektif kalau anda dalam keadaan fun). Selain itu, dalam buku ini juga terdapat pernyataan mencengankan dari Tony Buzan, penemu konsep mind mapping (pemetaan pikiran). Buzan menyatakan bahwa “Your brain is like a sleeping giant.” Dengan perpaduan dua konsep tersebut, apa yang akan terjadi? Tentu saja kekuatan berpikir akan meraksasa jika kita dalam keadaan yang menyenangkan.
Menyenangkan berarti seluruh komponen fisik dan non fisik terbebas dari tekanan. Menyenangkan juga berarti kondisi diri berada dalam keadaan yang benar benar lepas, bebas dan luas. Selanjutnya, keadaan fun akan melapangkan jalan seseorang dalam mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal. Atau, dengan kata lain, keadaan fun akan mendorong seseorang untuk bersungguh sungguh, terlibat dan asyik melakukan sesuatu, termasuk dalam belajar. Dalam bahasa psikologi akan sangat berhubungan dengan emotional intelligence (EQ), keadaan fun adalah meadaan yang berkaitan dengan emosi positif.


Melalui Revolusi Cara Belajar ini, penulis buku menunjukkan kepada pembacanya mengenai cara memosisikan diri agar dapat berada dalam keadaan yang fun (menyenangkan). Berbagai tekhnik yang disajikan mengajak pembaca untuk mengeksplor seluruh potensi diri yang dimiliki dengan kekuatan pribadi masing-masing. Ruang untuk berhasil dalam dunia belajar dan pembelajaran sangatlah luas seluas potensi yang tak berbatas yang dimiliki oleh manusia.
Penumbuhan motivasi menjadi salah satu misi dari revolusi cara belajar ini. Karena bagaimanapun, motivasi menjadi salah satu fakor yang paling menentukan dalam membentuk prilaku belajar, dan keberhasilan suatu kegiatan belajar dan pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh prilaku belajar. The Learning Revolution, sebuah buku yang sungguh hebat, mampu merangsang, menantang, dan menggugah banyak pendidik dimasa depan dan membentangkan kepada pembaca berbagai kemungkinan terhadap masa depan pendidikan. Saran-saran praktis ditampilkan dengan begitu inspiratif, kreatif, dan mengasyikkan. layak untuk dibaca oleh seluruh dunia, semua kalangan, pendidik, dan peserta didik.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam The Learning Revolution
Dalam buku ini, Gordon Dryden dan Jeannette Vos menyajikan tekhnik-tekhnik yang memandu pada terciptanya suasana belajar yang menyenangkan, tidak memberikan metode belajar atau mengklaim salah satu metode belajar yang paling pantas untuk diterapkan dalam belajar karena pada hakikatnya setiap orang memiliki gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik, dalam hal ini setiap orang adalah guru dan sekaligus murid dalam belajar.
Dalam buku ini, sedikitnya ada tiga gaya utama belajar yang dikemukakan oleh para peneliti pendidikan, yaitu: 1. pelajar haptik, dari kata yunani yang berarti “bergerak bersama”: orang yang belajar paling baik ketika mereka terlibat, bergerak, mengalami, dan mencoba-coba, sering disebut juga pelajar kinestetik. 2. Pelajar visual, yang belajar paling baik ketika mereka melihat gambar-gambar yang mereka pelajari, sebagian kecil mereka berorentasi pada “teks tercetak” dan dapat belajar melalui membaca. 3. Pelajar auditorial, yang belajar paling baik melalui suara: musik dan berbicara.
Lynn O’Brien, Direktur Spesific Diagnostic Studies Inc., di Rockville, Maryland, menemukan bahwa kebanyakan pelajar sekolah dasar dan menengah1 paling baik belajar ketika mereka terlibat dan bergerak, sementara orang dewasa lebih suka belajar secara visual. Namun kebanyakan orang yang mengombinasikan ketiga gaya itu dengan berbagai cara.
Teknik-teknik belajar fun (menyenangkan) yang disajikan dalam buku ini menggunakan multi approaches. Enquiry-discovery based learning merupakan pendekatan belajar dan pembelajaran yang menjadikan si pembelajar sebagai pelaku utama dalam kegiatan belajar. Segala aktifitas belajar dilakukan dengan mencari dan menemukan sendiri. Pembelajaran mandiri adalah kunci utama dengan disediakannya lingkungan dan peralatan yang baik untuk pelatihan mandiri. Anak-anak kecil pun akan menjadi pendidik mandiri yang antusias sepanjang hidupnya.
Disamping itu active learning suatu pendekatan yang menekankan pada konsep learning by doing juga menjadi salah satu penekanan pada revolusi cara belajar ini. Pendidikan biasanya tidak efektif jika memisahkan teori dengan praktik. Optimalisasi seluruh indera yang dimiliki pada saat belajar akan membantu munculnya berbagai kesan belajar. Jika anda mempelajari bahasa maka ucapkanlah, jika belajar tentang komputer, praktikkanlah. Jika ingin jadi pembicara publik, bicaralah di depan umum. Jika ingin jadi penulis, menulislah. Hal ini sejalan dengan pepatah olahraga yaitu “tidak ada kesalahan, yang ada adalah latihan”.
Selanjutnya, teknik-teknik belajar fun (menyenangkan) yang disajikan dalam buku ini juga menggunakan pendekatan resource based learning. Yaitu suatu pendekatan belajar dengan berdasarkan sumber, segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan peserta didik dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, bukan dengan cara konvensional dimana pendidik menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik, tapi setiap komponen yang dapat memberikan informasi seperti perpustakaan, laboratorium, internet, kebun, dan semacamnya. Dalam segala hal, murid itu sendiri aktif, apakah ia belajar menurut langkah langkah tertentu, seperti dalam belajar berprogram, atau menurut pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu.
Revolusi cara belajar, salah satu gagasan utamanya menuju masyarakat pembelajar baru adalah dengan memposisikan peran komunikasi elektronik di dunia pendidikan. Internet, computer, laptop menjadi sebuah media yang membantu terselenggaranya proses pembelajaran yang efisien dan efektif. Peserta didik mampu menakses informasi bacaan dari arah mana pun yang dikehendaki. Hal ini memjadi bagian dari pembelajaran mandiri. Jika demikian sekolah akan menjadi ajang kegiatan paling menarik di lingkungan tempat sekolah itu berada. Dari sinilah mereka diarahkan untuk menjelajahi seluruh dunia pengalaman dan pengetahuan.
Selain faktor fasilitas seperti gagasan yang dijelaskan diatas, dibahas pula peran guru atau pendidik yang bukanlah orang yang memberi atau mengajar dengan monoton tetapi diposisikan sebagai manajer pembelajaran. David Kerr, seorang chief executive di Southland Polytechnic, mengemukakan bahwa para guru menjadi manajer pembelajaran di pusat pusat pembelajaran dengan menempatkan siswa menjadi klien, sama seperti klien pengacara atau profesi lain.
Tidak jauh berbeda dengan Quantum Learning, keduanya menyajikan berbagai kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning pada dasarnya merupakan salah satu revolusi dalam dunia pembelajaran yang memiliki prinsip suggestology yang hamper mirip dengan proses accelerated learning. Prinsip suggestology berarti bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang menonjolkan informasi, ditempel pada tempat belajar. Guru-guru yang terampil dalam seni pembelajaran sugestif digunakan.
Ada beberapa hal yang penting dicatat dalam the learning revolution yang pada dasarnya memiliki kesamaan kosep dengan accelerated learning dan quantum learning yaitu dikenalkannya peserta didik dengan “keajaiban pikiran”, yang dalam quantum learning dikenal dengan “kekuatan pikiran” yang tak terbatas. Tony Buzan, seorang pakar psikologi dan memori, mengatakan bahwa otak manusia terdiri dari triliunan sel otak. Setiap sel otak adalah seperti gurita kecil yang begitu kompleks. Ia memiliki sebuah pusat dengan banyak cabang, dan setiap cabang memiliki banyak koneksi. Tiap-tiap sel otak tersebut jauh lebih canggih daripada kebanyakan computer di planet ini. Setiap sel tersebut berhubungan dengan ratusan ribusampai puluhan ribu sel yang lain. Dan mereka saling bertukar informasi. Ini sering disebut sebagai jaringan yang paling memesona, benda yang begitu kompleks dan indah. Dan tiap orang memilikinya.
Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spon menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “ cara yang menyenangkan dan bebas tress”. Berdasarkan tentang unsur-unsur, struktur, dan bagaimana ia bekerja maka dibuatlah model pembelajaran yang yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan, mengembangkan fungsi motor sensorik dan bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak (krir dan kanan).
Demikianlah buku the lerning revolution hadir secara umum dengan melihat dunia belajar dan pembelajaran dapat diolah dengan mengadopsi prinsip-prinsip dari dunia olahraga dan bisnis. Buku ini juga hadir sesuai dengan kebutuhan generasi kondisi kekinian. Bagaimana pun, Quantum Learning dan Accelerated Learning menjadi bagian dari sebuah dunia revolusi dalam belajar dan pembelajaran yaitu The Learning Revolution.

Kritik Subtantial
Munculnya berbagai inovasi baru dalam dunia belar dan pembelajaran adalah sebuah tuntutan zaman. Generasi yang tumbuh di era global yang sarat dengan informasi dan teknologi juga menginginkan wajah baru dari sebuah kemasan pembelajaran, bukan lagi kemasan lama seperti yang dinikmati oleh generasi sebelum mereka. Revolusi cara belajar sudah lebih dahulu diterapkan oleh negara-negara maju dan beriringan dengan itu konsepnya sudah mulai juga merambah masuk pada negara negara berkembang seperti Indonesia.
Suatu hal yang menjadi kelemahan dari suatu revolusi belajar yang notabene memberi kebebasan penuh pada peserta didik dan pembelajar dalam belajar mandiri adalah akan menimbulkan berkurangnya peran dan tanggung jawab sang guru kepada perkembangan peserta didiknya.
Di satu sisi revolusi belajar akan mampu memacu peningkatan kemampuan intelektual umat manusia melalui dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung dalam pembelajaran, segala bahan bacaan dapat di akses dengan mudah dan menyenangkan. Tapi disisi lain telah mengabaikan peranan pendidikan secara umum, yaitu pembentukan akhlaq dan moral manusia. Guru akan sangat tergantung pada fasilitas sehingga lambat laun nantinya peranan guru akan tergantikan oleh media tersebut. Tidak hanya sampai disitu, Peserta didik jika tidak di dampingi dalam proses pembelajaran, maka memungkinkan terjadi misunderstanding dalam memaknai materi yang dilihat.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu siswa harus tetap di temani oleh guru yang pada dasarnya merupakan pendamping dalam dunia pembelajaran, sehingga hasil dari tujuan belajar bisa dicapai dengan maksimal.
References

Bahri Djamarah Syaiful dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, Cet. II; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002

Dryden Gordon dan Jeannette Vos, Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution), Cet. I; Bandung: Kaifa, 2000

Sagala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Cet. V; Bandung: CV Alphabeta, 2007
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. XI; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Syaodih Sukmadinata Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Cet. IV; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007

No comments: