I.PENDAHULUAN
Bahasa Arab (اللغة العربية al-lughah al-‘Arabīyyah), atau secara mudahnya Arab (عربي ‘Arabī), adalah sebuah bahasa Semitik yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa Semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Bahasa Arab modern telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa dengan 27 sub-bahasa dalam ISO 639-3. Bahasa-bahasa ini dituturkan di seluruh dunia Arab, sedangkan bahasa Arab baku diketahui di seluruh dunia Islam.
Di dunia Arab persoalan yang paling akut adalah persoalan bahasa ini. Dalam pola yang khusus, problem ini dengan jelas bisa dilihat dari perbedaan mencolok antara bahasa yang dipergunakan di rumah, jalan atau bahasa sehari-hari dengan bahasa tulis, lisan, dan bahasa ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Perbedaan antara bahasa fusha (resmi) dengan ragam dialek bahasa `âmiyah (pasaran) sangatlah kentara. Anak-anak Arab banyak mengalami kesulitan ketika mempelajari bahasa fusha, baik dalam hal pengucapan, penulisan ataupun penyusunan. Kesulitan yang sama juga mereka alami ketika berinteraksi dan mempelajari bahasa asing non-Arab. Tidak hanya sampai di sini tapi parahnya, bahasa fusha yang diajarkan di sekolah-sekolah tidak mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tataran pemikiran ataupun pengungkapan. Karena bahasa fusha dalam bentuknya sekarang hanya mampu mencakup sedikit saja dari pelbagai macam fenomena yang digeluti tiap hari. Yakni fenomena-fenomena hasil peradaban modern, baik bersifat material maupun maknawi. Ini di satu sisi. Sedangkan di sisi lain, bahasa `âmiyah mampu mencakup wilayah yang lebih luas karena eksistensinya sebagai bahasa inklusif. Bahasa yang menerima tambahan "kata-kata baru" (al-dakhîl) dari bahasa non-Arab, dengan tanpa batas.
Bahasa Arab (اللغة العربية al-lughah al-‘Arabīyyah), atau secara mudahnya Arab (عربي ‘Arabī), adalah sebuah bahasa Semitik yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa Semitik. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram. Bahasa Arab modern telah diklasifikasikan sebagai satu makrobahasa dengan 27 sub-bahasa dalam ISO 639-3. Bahasa-bahasa ini dituturkan di seluruh dunia Arab, sedangkan bahasa Arab baku diketahui di seluruh dunia Islam.
Di dunia Arab persoalan yang paling akut adalah persoalan bahasa ini. Dalam pola yang khusus, problem ini dengan jelas bisa dilihat dari perbedaan mencolok antara bahasa yang dipergunakan di rumah, jalan atau bahasa sehari-hari dengan bahasa tulis, lisan, dan bahasa ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Perbedaan antara bahasa fusha (resmi) dengan ragam dialek bahasa `âmiyah (pasaran) sangatlah kentara. Anak-anak Arab banyak mengalami kesulitan ketika mempelajari bahasa fusha, baik dalam hal pengucapan, penulisan ataupun penyusunan. Kesulitan yang sama juga mereka alami ketika berinteraksi dan mempelajari bahasa asing non-Arab. Tidak hanya sampai di sini tapi parahnya, bahasa fusha yang diajarkan di sekolah-sekolah tidak mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tataran pemikiran ataupun pengungkapan. Karena bahasa fusha dalam bentuknya sekarang hanya mampu mencakup sedikit saja dari pelbagai macam fenomena yang digeluti tiap hari. Yakni fenomena-fenomena hasil peradaban modern, baik bersifat material maupun maknawi. Ini di satu sisi. Sedangkan di sisi lain, bahasa `âmiyah mampu mencakup wilayah yang lebih luas karena eksistensinya sebagai bahasa inklusif. Bahasa yang menerima tambahan "kata-kata baru" (al-dakhîl) dari bahasa non-Arab, dengan tanpa batas.
Keterpisan (infishâl) antara bahasa fusha dengan dialek setempat dalam peradaban Arab, bukanlah akibat dari pengaruh abad XXI atau abad XX. Bukan juga dari friksi antara peradaban Arab dengan peradaban modern. Tapi, hal itu berakar pada masa ekspedisi-ekspedisi Islam pertama hingga awal kejayaan peradaban Islam itu sendiri, minimal hingga awal kekuasaan Dinasti Umawiyah. Tepatnya, ketika para penduduk negeri taklukan mulai berasimilasi dengan masyarakat Arab-Islam, seraya tetap membawa bahasa dan kebudayaan asli mereka.
Sejarah telah mencatat bagaimana bahasa Arab mengalami masa fluktuatif, beberapa kali mengalami kemerosotan setelah sebelumnya juga mengalami kemajuan. Hal ini terjadi seiring dengan pergolakan politik dan invasi yang terjadi di dunia Arab sendiri maupun Negara lain yang banyak memberi pengaruh pada dunia Arab.
Perkembangan zaman juga telah menuntut bahasa Arab untuk melakukan rekonstruksi dan kodifikasi terhadap istilah-istilah modern dan kontemporer dalam arti semua kosa-kata yang dibutuhkan untuk mengekspresikan realitas-realitas kehidupan modern sekarang, baik bersifat material maupun pemikiran.
Yang akan dibahas pada makalah ini adalah apa pengertian bahasa Arab Modern, bagaimana awal perkembangan bahasa Arab modern, langkah–langkah pengembangan bahasa Arab modern, dan bagaimana pengaruh uslub eropa terhadap bahasa arab modern dan kontemporer.
II. PEMBAHASAN
Pengertian bahasa Arab Modern
Sebelum membahas tentang awal perkembangan bahasa Arab modern akan diungkap sedikit tentang apa itu bahasa Arab modern. Dilihat dari perkembangan bahasa Arab yang demikian pesat dan beragam, corak bahasa Arab dewasa ini mempunyai tiga bentuk, yaitu: Bahasa Arab klasik, bahasa Arab Modern dan bahasa Arab dialek (Ammiyah).
Bahasa Arab klasik yaitu bahasa Arab Alqur’an. as-Sunnah, dan bahasa Arab zaman kuno sampai zaman modern, yaitu zaman dimulai sejak Prancis menduduki Mesir pada tahun 1798M. Dari bahasa klasik ini timbul bahasa Arab modern yaitu bahasa Arab klasik yang dibubuhi elemen-elemen modern.
Varietas bahasa Arab modern ini yang bersumber dari bahasa Arab klasik adalah sama dengan bahasa Arab yang dipakai oleh masyarakat zaman Rasulullah meskipun tentu saja terdapat beberapa kosa kata baru buat objek-objek dan konsep-konsep kurang familiar 14 abad yang lalu.
Varietas ini adalah media pokok komunikasi dalam bentuk buku-buku, majallah, surat kabar, papan pengumuman, dokumen pemerintahan dan surat-menyurat, juga dipakai oleh media televisi dan radio, termasuk dalam pidato-pidato serta konfrensi-konfrensi dan seminar-seminar ilmiah bahkan dibangku-bangku kuliah.
Sedangkan untuk percakapan sehari-hari, bahasa Arab yang digunakan bukanlah bahasa Arab fushah baik itu klasik ataupun modern, tetapi bahasa Arab Ammiyah yang sesuai dengan dialek daerah masing-masing. Dalam jenis bahasa Arab ini terdapat perbedaan yang sangat khas antara satu dialek dengan yang lainnya yang berupa perbedaan kosakata dan pengucapan.
Awal perkembangan bahasa Arab modern
Bahasa Arab pada pemerintahan kesultanan Usmaniyah mengalami keadaan yang statis. Ia tidak berkembang mengikuti perkembangan dan kemajuan hidup modern yang dibawa zaman sesudah terjadinya kebangkitan, tepatnya setelah revolusi industry di Eropa. Sesudah kekuasaan Prancis yang dikomandoi oleh Napoleon Bonaparte mulai menjajah Mesir akibat keberhasilan serbuan Napoleon pada 1798 M di Mesir, kesadaran untuk bangkit dari keterpurukan dan harapan maju dengan landasan ilmu pengetahuan modern mulai berkembang. Kesadaran tersebut lahir terutama di kalangan kelompok masyarakat Mesir, setelah mereka terpengaruh golongan intelektual Eropa yang datang ke Mesir bersama serbuan Napoleon.
Masyarakat Mesir khususnya kaum terpelajar merasakan hembusan revolusi yang dibawa oleh Perancis yang berhasil menaklukkan Mesir. Mereka merasa tergugah untuk melakukan kodifikasi bahasa-bahasa Arab klasik yang menjadi standar bagi bahasa Arab modern yang telah menjadi bahasa kesusasteraan dan bahasa liturgi Islam sejak lebih kurang abad VI.
Golongan intelektul Eropa yang mendapat posisi sangat terhormat tersebut di Mesir membangun berbagi sarana yang melandasi dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan di Mesir, seperti lembaga ilmu pengetahuan, perpustakaan sekolah, surat kabar, laboratorium penelitian dan percetakan Arab. Banyak lembaga pendidikan untuk berabagi kalangan dibuka guna mempelajari bermacam-macam pengetahuan, seperti pengetahuan kemiliteran, kedokteran, teknik, pertanian, kesenian, adminisrtasi, bahasa dan terjemahan.
Bahasa Arab adalah bahasa pengantar di sekolah tersebut karena guru-guru yang mengajar sebagian besar adalah alumni Eropa dari kelompok misi mahasiswa Mesir yang beberapa tahun sebelumnya telah berhasil melanjutkan studi ke Eropa. Kuliah-kuliah yang diberikan guru besar asing juga disampaikan dalam bahasa Arab setelah melalui penerjemahan.
Rifa’ah Rofi’at, Tohtowi misalnya dapat dianggap sebagai perintis dalam penciptaan istilah-istilah modern. Istilah-istilah tersebut mereka gali dalam buku-buku ilmiah berbahasa Arab yang klasik, kemudian diterapkan sebagi istilah-istilah untuk berbagai bidang ilmu pengetahuan. Inilah salah satu langkahyang paling berhasil dalam rangka mengatasi dan menguarai sebab-sebab keterbelakangan bahasa Arab sekaligus meletakkan dasar kokoh bagi bahasa Arab untuk menjadi bahasa yang dinamis dan mampu berkembang secara wajar.
Langkah langkah pengembangan bahasa Arab modern.
Mengingat daerah-daerah lain yang letaknya berjauhan dengan negara-negara Arab, dan dijadikannya bahasa Turki secara resmi diajarkan dan menjadi bahasa pengantar di sekolah–sekolah dan lembaga pendidikan di pemerintah Kesultanan Usmaniyah, maka dalam rangka mempertahankan bahasa Arab, pada akhir abad 19, al-Jami’iyah al-khairiyah al-islamiyah mendirikan sekolah-sekolah di Damaskus dan kota-kota lainnya di Syiria. Pada saat yang bersamaan, di Beirut dan beberapa bagian lainnya di Libanon, sekolah-sekolah juga didirikan oleh misi agama Kristen.
Sekolah-sekolah tersebut memberi perhatian yang sangar besar kepada bahasa Arab dan mendukung usaha-usaha pembinaannya. Bahkan, sebuah Universitas yang bernama American University pun dibangun di kota Beirut. Di universitas ini bahasa Arab diajdikan sebagai bahasa pengantar dalam perkuliahan. Karena itu tidak mengherankan bila diantar amahasiswa universitas ini bermunculan orang asing (non Arab) yang ahli dalam pengetahuan bahasa Arab. Pada akhir abad ke 19 orang asing yang pemahaman bahasa arabnya sangat bagus itu mampu menerjemahkan beberapa buku ilmiyah kedalam bahasa Arab.
Dalam menerjemahkan buku-buku tersebut mereka menggunakan, meninjau dan menyempurnakan istilah-istilah yang lazim digunakan buku-buku karya penulis Mesir sebelumnya. Ini merupakan langkah berani dan sangat maju bagi usaha pengembangan bahasa Arab untuk digunakan sebagai bahasa ilmu dan bahasa pengetahuan modern serta peradabannya. Sayang tidak lama setelah itu pihak American University menyingkirkan bahsa Arab yang semula ditetapkan sebagai bahasa pengantar. Bahkan dunia pendidikan tinggi Libanon dan Syiria pun menjadikan bahasa Arab sebagi bahasa yang tidak layak digunakan.
Keadaan demikian terus berlangsung hingga akhirnya dikota Damaskus didirikan sebuah fakultas kedokteran pada 1919M. Di fakultas ini ilmu kedokteran mulai diajarkan kembali dengan bahasa pengantar adalah bahsa Arab. Sejak itu bahasa Arab menempati posisinya kembali di dunia pendidikan tinggi di semua negara Arab. Pengaruh yang paling menonjol pada perkembangan bahasa ini adalah tibulnya kecenderungan untuk memperluas penggunaan kata-kata baru yang berasal dan diserap dari beberapa bahasa Eropa. Kata-kata baru semacam itu jumlahnya semakin besar dan penggunaannya dianggap memunculkan bahasanya terhadap eksistensi bahsa Arab karena itu bangkitlah gerakan-gerakan yang berusaha menghidupkan kembali pusaka kebudayaan lama dan juga menghidupkan kembali penggunaan kata asli Arab dari bahasa Arab fushah.
Untuk menyukseskan rencana gerakan itu, dibuatlah percetakan dan penerbitan buku di negara-negara Arab untuk memasyarakatkan kembali buku-buku sastra Arab dari segala zaman yang jumlahnya sangat banyak. Kehadiran buku-buku sastra tersebut akhirnya melahirkan gerakan pemurnian bahasa Arab seperti yang pernah terjadi pada zaman sebelumnya.
Sarana paling penting yang diciptakan oleh para pioner, ulama, dan orang-orang yang punya “hobi” dalam mengumpulkan bahasa Arab ialah "risalah-risalah kecil tentang kata dan makna". Sebagian besar dari risalah-risalah tersebut masih ada sampai sekarang, yang memuat tentang nama-nama. Seperti kitâb al-mathar (risalah tentang hujan) dan kitâb al-laba` wa al-laban (risalah tentang colostrums dan air susu) karya Abu Zaid Al-Anshary, kitâb al-ibil (risalah tentang onta), kitâb al-khail (risalah tentang kuda), kitâb al-syitâ` (risalah tentang musim dingin), kitâb asma` al-wuhûsy wa shifatiha (risalah tentang nama-nama binatang buas dan sifat-sifatnya), kitâb khalq al-insân (risalah tentang penciptaan manusia), kitâb al-nakhl wa al-karm (risalah tentang korma dan anggur), dan kitâb al-nabât wa al-syajar (risalah tentang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan) karya Al-Ashma`i. Semuanya adalah risalah-risalah khusus yang memuat kata-kata dari bahasa Arab yang fasih dan berlaku dalam tema tertentu.
Hasil yang paling mengagumkan dan tampak jelas ialah penggantian banyak sekali kata asing dengan kata-kata asli Arab dalam berbagi sigat yang baru. Adapun segi bahasa yang dipengaruhi oleh bahasaEropa tetap terbuka untuk menerima pengaruh dari bahasa Eropa tersebut. Banyak ungkapan dan kosakata yang sebenarnya hanya merupakan penerjemahan yang salah satu dari bahasa Eropa sedangkan gaya bahasanya tidak mengalami perubahan. Hal tersebut banyak terdapat, terutama dalam bahasa jurnalistik. Pengaruh bahasa-bahasa Eropa tidak hanya terbatas pada bahasa Arab fushah, tetapi merembes juga ke dalam bahsa Arab ammiyah. Akibat pengaruh itu, bahasa ammiyah juga mengalami perubahan-perubahan meskipun berjalan sangat lambat.
Selanjutnya dilakukan usaha pengembangan terhadap bahasa Arab fushah, diantara usaha-usaha tersebut adalah pendirian lembaga bahasa arab (Majma’u al Lughah) pada tahun 1934M. Tujuan utama pendirian lembaga ini adalah untuk memelihara keutuhan kemurnian bahasa Arab fushah dan melakukan pengembangan agar menjadi bahasa yang maju dan mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan kemajuan dunia seni, ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Jauh sebelum lembaga bahasa arab tersebut dibentuk, bahasa arab sudah mengalami kemajuan yang sangat baik setelah metode pengajaran bahasa arab diperbahrui di lembaga-lembaga pendidikan.
Langkah pembaharuan tersebut dimulai di Institut Darul Ulum (Ma’had Darul ‘Ulum)ketika studi sastra Arab mulai diajarkan Syekh Husain A-lMarshafi dengan nama ‘Ulum al-Adab. Untuk memenuhi kebutuhan referansi mata kuliah tersebut,beliau kemudian menulis dua buku yang masing-masing al-Washilah al-Adabiyah dan Sulammu al Mustarsyid. Setelah syekh Husain al-Marshafi berhasil mengembangkan lembaga bahasa itu, beliau digantikan Syekh Hamzah Fathullah yang juga berhasil menulis buku yang berjudul Al Mawahib al-Fathiyyah fi allughah al Arabiyyah. Sebenarnya kedua metode pengajaran yang dikembangkan kedua orang ahli bahasa itu tidak jauh berbeda dengan metode yang digagas al-Mubarrid (Abu al-Abbas Muhammad)dalam bukunya yang sangat terkenal al-Kamil, Abu ‘Ali al-Qali dalam bukunya al-Bayan wa Tabyin. Materi-materi yang disajikan dalam buku-buku tersebut meliputi berbagai hal seperti puisi (asy-syi’ir), prosa (al-Atsar), pribahasa (al Amtsal) dan kisah (al-Qishah) yang diuraikan dari berbagai aspek seperti sharaf, nahwu,balaghah, dan arudl.
Metode tersebut menjadi pint of return untuk perubahan-perubahan pembaharuan berikutnya hingga perkembangannya menjadi mirip dengan metode yang dikembangkan oleh penulis-penulis jerman seperti Carl Brockleman yang membedakan antara studi sejarah sastra dan studi kritik sastra. Metode tersebut tercermin dalam buku Tarikh Adab al-Lughat al Arabiyyah dan al-Wasith al Adab karya Ahmad al Iskandari, Metode tersebut diterapkan lebih dalam lagi di al-Jamiah al Misriyyah al Ahliyyah.
Selanjutnya George Zaidan dengan bukunya yang berjudul Tarikh al Adab dan Mustafa shadirah Rafi’I (sekitar tahun 1911-1914) dengan bukunya Tarikh al Adab al Arab telah menarik perhatian orang orang terhadap bahasa Arab terutama mengarang dibidang sastra Arab dengan pembahasan yang lebih luas dan cakupan materi yang lebih dalam dari pada ahli bahasa yang ada di Mesir yang kemudian diformulasikan dengan metode barat.
Pengaruh lain dari hadirnya kedua buku tersebut ialah semakin meluasnya keinginan untuk berekpresi secara bebas dan kebebasan mimbar serta penelitian di Kampus al Jami’ah al Mishriyyah. Realitas ini mempesatkan kemajuan yang dicapai pengajaran bahasa dan sastra Arab. Salah satu bukti nyata itu adalah Thaha Husain berhasil meraih gelar doktor yang merupakan gelar doktor pertama yang diberikan al Jami’ah al Mishriyyah dengan judul disertasi Dzikra Abil ‘Ala pada tahun 1914.
Ada banyak guru besar al Jami’ah al Mishriyyah yang menghasilkan karya-karya tulis terbaik mereka seperti Hifni Nasif dengan karyanya Tarikh al Adab. Sepulang dari Eropa Ahmad dlaif dan Thaha Husen menulis buku-buku yang merupakan sumbangan pemikiran mereka bagi pembaharuan metode pengajaran bahasa dan sastra Arab. Ahmad dlaif menulis dua buku, Muqaddimah li Dirosah Balaghah al Arab (1921) dan Balaghah al Arab fi al Andalus (1924), sedangkan Thaha Husen menulis buku Fi al Adab al Jahil.
Pada masa ini juruan bahasa Arab dan bahasa Semit menjadi jurusan terkemuka diantara beberapa jurusan yang di buka di al Jami’ah al Mishriyyah. Demikianlah perkembangan yang terjadi dalam bahasa Arab modern mempengaruhi perkembangan pengajaran bahasa Arab dan demikian sebaliknya perkembangan metodologi pengajaaran bahasa Arab berpengaruh pada perkembangan bahasa Arab itu sendiri.
Demikianlah perkembangan bahasa Arab modern yang terjadi secara continiu meskipun terkesan agak lambat karena bebagai hambatan. Dan akhirnya dunia Arab menerima keberadaan Bahasa Arab Modern yang notabene adalah bahasa fushah sebagai bahasa resmi di Negara-negara mereka. Dan selanjutnya bahasa Arab modern dituntut untuk senantiasa mengikuti perkembangan dan melahirkan bahasa Arab kontemporer.
Pengaruh Eropa terhadap bahasa Arab Modern dan Kontemporer.
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sejak akhir abad XX yang juga disebut dengan era informasi dan komunikasi, dunia barat mengambil alih kendali informasi dunia dengan penguasaan mereka terhadap media massa baik cetak maupun elektronik sehingga dengan cepat media massa mereka berpengaruh kepada media massa Negara-negara berkembang (Developing Countries) dalam hal istilah-istilah dan ungkapan-ungkaapan tertentu.Dibawah ini dikemukakan beberapa ungkapan yang diadopsi dari media massa barat, antara lain:
Memburuknya hubungan antara kedua Negara
توتر العلاقات بين البلدين
Menang dengan suara mayoritas mutlak
فازبأقلبية ساحقة
Tidak ada yan baru
لاجديد تحت الشمس
Last but not least
وأخيرا ليس أخرا
Mencermati situasi terkini
يسلط (يلقى) الضوء على الموقف الراهن
Merupakan ancaman bagi perdamaian
يشكل خطرا على السلام
Meliputi berita world cup
يغطى أخبار بطولة كأس العالم
Bermain api
يلعب بالنار
Memegang peran kunci dalam perpolitikan
يلعب دورا حطيرا فى السياسة
Selain itu media massa juga menggunakan istilah-istilah kontemporer yang sebagiannya bermakna lain dari pemakaian biasa, diantaranya sebagai berikut:
Member penjelasan = أدلى يدلى ببيان
Protes = احتجاج
Naik banding = لستئناف
Penjajahan = استعمار
Referendum = استقتاء
Cloning =استنساخ
Menumpang = استقل-يستقل السيارة
Reformasi = اصلاح
Hukuman mati =اعدام
Globalisasi = انفتاح العالمى
Sederhana = بسيط
Inflasi = تضخم
Siaran tunda = تسجيل
Demikianlah beberapa contoh bahasa kontemporer dalam bahasa Arab yang merupakan salah satu bentuk perkembangan dari bahasa Arab di zaman modern ini.
III.KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas pada pembahasa dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Bahasa Arab modern adalah bahasa arab klasik yang telah telah resmi menjadi bahasa sastra Arab modern, bahasa buku-buku ilmiah dan bahasa pidato resmi kenegaraan dan administrasi pemerintahan Negara-negara Arab. Yang mana muncunya berawal sejak Mesir ditaklukkan oleh Napoleon Bonaparte>
Langkah- langkah pembaharuan yang dilakukan oleh para kaum terpelajar untuk mengembangkan bahasa Arab yaitu dengan dibuatnya lembaga kajian bahasa, perpustakaan, penerbitan buku-buku literature sastra dan bahasa Arab. Serta dirumuskannya beberapa metode pengajaran bahasa Arab yang membantu dalam menarik minat masyarakat belajar bahasa Arab yang modern.
Bahasa Arab yang terambil dari bahasa klasik juga mengalami perkembangan kearah bahasa Arab kontemporer Karena adanya tuntutan zaman. Untuk istilah-istilah kontemporer khususnya kosakata komunikasi, banyak diadopsi dari bahasa-bahasa media barat yang menjadi kiblat atas kemajuan informasi tekhnologi.
Refrensi
Artikel,http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab. Diakses tanggal 24,April 2008
Muhammad Abied al-Jabiri, Opini, http://www.islamemansipatoris.com/ diakses tanggal 30 October 2008
Muhammad Luthfi, Makalah,(Kedudukan Bahas Arab Dewasa Ini dalam Percaturan dunia Internasional), Disampaikan pada Seminar Inter Nasional di hotel Kenari Makassar 8-oktober-2008
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Cet.II;Bandung: umaniora, 2007)
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya,(Cet.II; Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2004)
Sabah GAzzawi, The Arabic Language, (Washinton: Center for Contemporary Arab Studies, 1992)
Muhammad Abied al-Jabiri, Opini, http://www.islamemansipatoris.com/ diakses tanggal 30 October 2008
Danial Jalaluddin, “Bahasa Arab Di Era Global”,Makalah, (Makassar, PPs UIN Alauddin t.th)
Abd. Azis Syaraf, al Lughah al ‘Ilamiyah, (Cairo, t.p.,t.th.)
No comments:
Post a Comment