Tuesday, January 27, 2009

writing

Interaksi sosial
(Sebuah bentuk hubungan manusia sebagai makhluk sosial)
A. Defenisi
Manusia disamping sebagai makhluk individual, makhluk religi juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individual menusia mempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi, dan sebagai makhluk religi manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan kekuatan diluarnya, adanya hubungan yang bersifat vertikal, dan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang lainnya.
Dengan adanya dorongan pada manusia untuk mengadakan hubungan dengan manusia yang lain, maka kemudian terbentuklah kelompok dalam masyarakat yang didalamnya berlangsu proses interaksi antara masing-masing individu yang ada di dalamnya.
Interaksi sosial adalah hubungan individu yang satu dengan yang lainnya. Di mana individu yang satu dapat mempengaruhi yang lain atau sebaliknya. Jadi disini terdapat hubungan yang timbale balik. Hubungan ini dapat berupa individu dengan individu, individu dengan kelompok atau hubungan kelompok dengan kelompok yang lain.
Dalam interaksi sosial, ada kemungkinan bahwa individu dapat menyesuaikan diri dengan yang lainnya atau sebaliknya, atau dengan kata lain individu dapat menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Pengertian penyesuaian disini dalam pengertian yang luas, yang berarti bahwa individu dapat meleburkan diri dalam lingkungan yang dihadapinya atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan disesuaikan dengan apa yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan.
Berdasarkan intensifitas interaksi dalam kelompok, maka kelompok terbagi atas dua macam yaitu:
1. Kelompok sosial primer, yaitu kelompok sosial yang mempunyai interaksi yang cukup intensif, cukup akrab, hubungan antara anggota satu dengan anggota lainnya cukup baik. Kelompok ini sering juga disebut face to face group.
2. Kelompok sosial sekunder, yaitu kelompok sosial yang mempunyai interaksi yang kurang mendalam. Hubungan antara anggota-anggota didalamnya kurang mendalam dan agak renggang. Hubungan dalam kelompok sekunder lebih bersifat formal, objektif, logis rasional, dan kurang bersifat kekeluargaan.
B. Faktor-faktor Interaksi
Interaksi sosial yang kelihatannya sangat sederhana ini sebenarnya merupakan suatu proses yang cukup kompleks, yang didasari dan dilandasi oleh beberapa factor psikologi. Bebeparapa faktor yang melandasinya tersebut adalah:
1. Faktor Imitasi
Seperti yang dikemukakan oleh G. Tarde bahwa factor yang melandasi interaksi ini adalah faktor imitasi. Imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain. Menurut Tarde, masyarakat itu tiada lain dari pengelompokan manusia dimana individu yang satu mengimitasi dari yang lain dan sebaliknya. Ini berarti bahwa faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakat atau interaksi sosial. Tapi imitasi tidaklah berjalan dengan sendirinya sehingganindividu yang satu akan dengan sendirinya mengimitir individu yang lainnya.
Untuk mengadakan imitasi, ada faktor-faktor psikologi lain yang ikut menentukan. Dengan kata lain bahwa imitasi tidak berjalan secara otomatis, adanya faktor-faktor yang mendahului hingga individu itu mengadakan imitasi. Untuk dapat mengimitasi sesuatu maka harus ada sikap menerima, sikap mengagumi, sikap menjunjung tinggi apa yang diimitasi.
Beberapa contoh peranan imitasi dalam kehidupan sosial misalnya, mempelajari bahasa dimana bahasa sebagai salah satu alat komunikasi. Bahasa dipelajari melalui imitasi. Anak mengimitasi apa yang didengarnya, yang kemudian menyampaikan kepada orang lain, sehingga dengan demikian berkembanglah bahasa anak itu sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sosial. Contoh lain misalnya dalam hal tingkah laku, model model pakaian, dan sebagainya.
2. Faktor sugesti
Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam psikologi sugesti ini dibedakan adanya:
a. Auto-sugesti. Yaitu sugesti terhadap diri sendiri yang datang dari dirinya sendiri.
b. Hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Baik auto-sugesti maupun hetero-sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang cukup penting. Banyak hal-hal yang tidak diharapkan oleh individu disebabkan baik karena auto-sugesti maupun karena hetero-sugesti.
Sering individu merasa sakit-sakitan saja, walaupun secara objektif tidak apa-apa. Tetapi karena auto sugestinya, maka individu merasa dalam keadaan tidak sehat. Dalam lapangan psikologi sosial, peranan hetero-sugesti akan lebih menonjol dari pada auto sugesti.
Dalam psikologi sosial banyak individu-individu menerima sesuatu cara ataupun pedoman-pedoman, pandangan, norma-norma, dan sebagainya dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu terhadap apa yang diterimanya. Misalnya dalam bidang periklanan, karena bagusnya kemasan dan penyampaian dalam penjualan maka orang lain akan menerimanya tanpa berpikir panjang.
Peranan sugesti dan imitasi dalam interaksi sosial adalah hampir bersamaan satu dengan yang lainnya yang sebenarnya berbeda. Dalam hal imitasi orang yang satu mengimitasi orang lain. Orang yang mengimitasi aktif, sedang yang diimitasi adalah pasif dalam arti bahwa yang diimitasi tidak dengan aktif memberikan apa yang diperbuatnya itu. Dalam sugesti orang dengan sengaja, dengan secara aktif memberikan pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya, agar orang lain dapat menerima apa yang diberikan itu.
Sugesti akan mudah dapat diterima oleh orang lain jika dalam kondisi sebagai berikut:
a. Sugesti akan mudah diterima oleh orang lain bila daya berpikirnya secara kritis dihambat. Makin kurang daya kemampuannya memberikan kritik maka akan makin mudahlah ornag itu menerima sugesti dari orang lain. Daya kritik itu akan mengalami hambatan kalau individu itu terkena stimulus yang bersifat emosional.
Contohnya, orang yang telah berjam-jam rapat biasanya bila sudah lelah maka adanya keengganan untuk berpikir secara berat, sehingga dalam keadaan yang demikian ini individu akan mudah menerima pendapat atau sugesti dari pihak lain.
b. Sugesti itu akan mudah diterima oleh orang lain jika kemampuan berpikirnya itu terpecah belah (dissosiasi).
Orang mengalami dissosiasi kalau orang itu dalam keadaan kebingungan. Karena mengahadapi bermacam-macam persolan misalnya, orang yang sedang dalam kebingungan pada umumnya akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain tanpa berpikir jauh terlebih dahulu.
Secara psikologi, orang yang sedang dalam kebingungan itu ingin segera mencari pegangan untuk mengakhiri kebingungan tersebut. Karena itu kalau keadaan masyarakat dalam kebingungan, maka hal itu akan memberikan suasana yang menguntungkan untuk dapat memberikan sugesti-sugesti yang berupa pandangan-pandangan, pendapat-pendapat, norma-norma dan sebagainya, yang akan mudah dapat diterima oleh orang lain.
c. Sugesti itu akan mudah diterima jika materinya mendapat dukungan orang banyak(sugesti mayoritas)
Dalam hal ini orang akan mempunyai kecendrungan untuk menerima sesuatu pandangan, pendapat, norma dan sebagainya apabila mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas, yaitu sebagian besar dari kelompok atau golongan memberikan sokongan atau pendapat, pandangan-pandangan tersebut. Orang akan merasa terasing apabila ia menolak pendapat pandangan atau norma-norma dan sebagainya yang telah mendapatkan dukungan dari mayoritas. Orang beranggapan oleh karena sebagian dari anggota telah menerimanya.
d. Sugesti akan mudah diterima oleh orang lain apabila yang memberikan materi itu orang yang mempunyai otoritas.
Walaupun materi yang diberikan sama, tetapi yang memberikan berbeda, maka akan terdapat perebedaan di dalam menerimanya. Dalam hal ini orang yang mempunyai kecenderungan akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain apabila yang memberikan itu mempunyai otoritas mengenai masalah tersebut. Hal demikian akan menimbulkan suatu sikap percaya bahwa apa yang dikemukakan itu memang benar.
e. Sugesti akan mudah diterima oleh orang lain telah ada pendapat yang searah yang mendahuluinya.
Bila dalam diri individu telah adanya pendapat yang mendahuluinya dan pendapat ini dalam keadaan yang samara-samar dan pendapat tersebut searah dengan yang disugestikan, maka pada umumnya orang itu akan mudah menerima pendapat atau sugesti tersebut. Orang yang ada dalam keadaan ragu-ragu akan mudah menerima sugesti dari pihak lain.
Contohnya, orang yang mempunyai pendapat bahwa minyak angin caplang merupakan minyak angin yang cukup baik bila dibandingkan denga minyak angina yang lainnya. Tetapi pendapat ini masih merupakan pendapat yang samar-samar. Tiap hari orang tersebut mendengar iklan bahwa minyak itu merupakan minyak terbaik maka orang tersebut akan menerima sugesti itu.
3. Faktor Identifikasi
Faktor lain yang juga mempunyai peranan penting dalam interaksi sosial adalah factor identifikasi.Identifikasi ialah suatu istilah dari S. Freud seorang tokoh dalam bidang psikologi khususnya dalam psikoanalisa. Identifikasi merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini Freud menjelaskan bagai mana anak mempelajari norma-norma sosial dari orang tuanya.
Didalam identufikasi ini anak mengambil alih sikap-sikap ataupun norma-norma dari orang tuanya yang dijadikan tempat identifikasi itu. Masa dimana anak atau individu paling banyak melakukan identifikasi ialah pada masa remaja. Karna itu, pada masa remaja ini banyak anak mencari tempat identifikasi pada orang-orang yang dianggapnya ideal. Salah satu faktor yang menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan pada anak remaja karena kurang adanya figur-figur yang dipandang ideal bagi remaja.
4. Faktor Simpati
Simpati merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Oleh karna simpati merupakan perasaan maka simpati timbul bukan atas logika rasional, melainkan atas dasar perasaan atau emosi. Disamping mempunyai kecenderungan tertarik kepada orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain yang disebut antipati.
C. Komunikasi
Kounikasi merupakan hal yang penting dalam proses interaksi di dalam kelompok atau masyarakat. Salah satu karakteristik dari hampir semua kelompok adalah bahwa beberapa orang berbicara terlalu banyak dan yang lain terlampau sedikit. Dalam suatu seminar, misalnya, biasanya ada satu atau dua orang yang memonopoli diskusi apapun masalah yang dibicarakan.
Sedangkan komunikasi menurut Sherif dan Hovland, bisa mendekatkan sikap individu dengan sikap orang lain tetapi bisa juga malah semakin menjauhkannya. Hal ini tergantung pada posisi awal individu tersebut terhadap posisi-posisi individu lain. Jika posisi awal mereka saling berdekatan, komunikasi akan lebih memperjelas persamaa-persamaan antara mereka dan dekatnya posisi mereka sehingga terjadilah pendekatan-pendekatan.
Para ahli telah menemukan apa yang disebut dengan struktur komunikasi yang sangat menentukan kebebasan berkomunikasi. Dalam struktur lingkaran, semua anggota dapat berkomunikasi dengan anggota disebelahnya dan tidak dengan yang lain. Dalam struktur berantai, dua anggota masing masing hanya dapat berbicara dengan satu orang anggota lain. Dalam struktur roda, yang berada dipusat dapat berbicara dengan seluruh anggota tetapi anggota hanya bisa berbicara pada anggota yang ada di pusat. Sedangkan dalam struktur pola Y, tiga orang yang berada diujung rantai hanya bisa berkomunikasi dengan satu anggota didekatnya, dan hanya satu anggota yang dapat berbicara dengan dua anggota lainnya dan anggota kelima yang ada dipusat dapat berbicara dengan tiga orang.
Jaringan komunikasi mempengaruhi semangat juang kelompok. Leavit (1951) menyimpulkan bahwa semakin besar kebebasan anggota kelompok untuk berbicara, semakin besar kepuasan yang akan diperoleh. Selain itu komunikasi juga dapat mempengaruhi efesiensi pemecahan masalah dalam kelompok atau masyarakat.
Berikut ini beberapa ciri-ciri komunikasi yang valid:
1. persepsi masing-masing anggota kelompok tentang posisinya sendiri dalam kelompok sesuai dengan persepsi anggota kelompok yang lain.
2. Tujuan kelompok yang disepakati bersama, sejalan dengan keinginan masing-masing anggota.
3. Antar anggota terbuka kemungkinan untuk berkomunikasi dalam berbagai tingkatan.
Pada waktu orang-orang yang tidak saling mengenal membentuk kelompok, ada keragu-raguan (ancertainty) tertentu yang menghambat proses kemunikasi karena biasanya tidak ada orang yang tidak mau menyatakan perasaannya dengan bebas kalau dia tidak tahu betul bagaimana reaksi orang terhadap pernyataanya itu.
Keraguan pada awal komunikasi itu dapat dibagi dalam dua wilayah utama, yaitu wilayah ketergantungan (dependence) dan wilayah saling ketergantungan (independence). Dalam wilayah ketergantungan, keraguan menyangkut masalah otoritas. Pertanyaannya adalah siapa yang berkuasa atas siapa, atau saipa yang akan menjadi pemimpin dan siapa yang harus menjadi pengikut? Dalam wilayah saling ketargantungan, keraguan menyankut masalah hubungan antara anggota kelompok. Pertanyaannya adalah seberapa jauh salah satu orang akan mendapat atau memberi afeksi dari atau kepada orang lainnya? Seberapa jauh kedekatan emosional akan terjadi?
Untuk mencapai tujuan kelompok, yaitu kemunikasi yang valid, kelompok harus mencairkan keraguan ini. Dalam proses pencairan keraguan itu, keraguan tentang masalah otoritas diselesaikan dahulu, baru menyusul penyelesaian keraguan tentang afeksi. Dengan perkataan lain, keraguan ketergantungan diselesaikan lebih dahulu dan merupakan prasyarat bagi penyelesaian keraguan saling ketergantungan.
Daftar Pustaka

Roberts. Feldman, Social Psychology Theories Research and Application, Singapore; Mc. Graw, Hill Book Co, 1985

Sarwono, Sarlito Wirawan, Teori-Teori Psikologi Sosial, Cet. IX; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004

Sears, David O, Jonathan L Freedman, L Anne Peplau, Psikologi Sosial, Terj. Michel Adriyanto, Jakarta; Erlangga, 1985

Walgito Bimo, Psikologi Sosial, Ed. Revisi, Yogyakarta: Andi, 2002

Watson, David L, Social Psichology Science and Application, USA; Scott, foresman and Company, 1984

Read More......

Untitled

Mendung kau tampakkan kesedihanmu

Hingga menetes dengan rintik

Angin kencang menyapa

Hingga tetesan mengalir deras

Badaipun tak tinggal diam

Membiarkan tak menemani

Hingga ia pun ikut berbela

Dunia ikut tergoncang

Hingga langit tambah geram

Smuanya tumpah ruah

Malam hanya membisu

terlena

hingga ia seakan enggan untuk berlalu

Kurengkuh jiwaku

Takut..

Berharap disini tak terasa

Mendendam

Tuhan tolong selimuti Aku

dengan rahmatMu


Read More......