Sunday, April 26, 2009

Manusia Bugis



Benang Cina kujadikan tali temali perahu, jarum sebatang kujadiakan jangkar, aku berlayar jua……. pelayaran kujadiakan sebagai hiburan, pelayaran kujadiakan sebagai alam daratan, pengemabaraan yang penuh kebebasan. Biar aku dihadang oleh angin topan, aku akan putar kemudiku, aku memilih tenggelam dari pada kembali. Dua layar kusiapkan,dua kemudi kutancapkan, dua jangkar kusediakan, semuanya akan turut terpasang…

Beberapa bait tulisan diatas, dari buku Prof. Abu Ahmadi, menggambarkan akan beberapa pesan moral yang ingin disampaikan oleh para pelaut bugis. mereka memiliki keberanian dan ketangguhan untuk melawan badai dan ombak di lautan. Inilah semangat manusia bugis….
Perjalanan sejarah menceritakan bagaimana nenek moyang bugis berhasil menjelajahi lautan dengan perahu yang sederhana. Ini membuktikan bahwa mereka memiliki tekad yang kuat tapi bukan nekat. (Saya tidak menggunakan kata nekat karena nekat berarti sama saja tidak memiliki pertimbangan yang matang untuk melakukan suatu tindakan.) Tekad yang kuat itulah membawa ia menghasilkan karya perahu sederhana untuk dijadikan alat melakukan perjalanan mereka untuk melanjutkan hidup.

Tidak hanya sampai disitu. Dengan tekad yang dimiliki, mereka memulai perjalanannya dengan segala resikonya dan ia tidak akan kembali hanya karena rintangan badai yang mereka temui diperjalanan. Bukti sebuah konsistensi yang sangat tinggi telah dijiwai. Konsistensi itu yang mebuatnya pantang menyerah dan bertahan dalam kondisi apapun.

Manusia yang memiliki tekad, semangat pantang menyerah, dan konsistensi yang tinggi semunya terwakili oleh sebuah kata “Fighter”. (saya pinjam istilah ini dari salah seorang teman non bugis, tepatnya orang jawa, yang pernah berkata” Selama beberapa tahun saya tinggal di Sulawesi selatan hal yang paling berharga yang saya dapatkan adalah semangat fighter…. “ ).

Semangat Fighter (tangguh) inilah yang nampaknya merupakan istilah yang tepat yang bisa menganulir image yang selama ini diidentikkan dengan bugis-makassar yaitu keras dan kasar . Sebuah image yang tentunya perlu diluruskan dalam tataran bahasa dan paradigm. Karena bagaimanapun penggunaan bahasa “ kasar dan keras” konotasinya lebih dekat pada nilai negative, menurut penulis.

Catatan ini saya persembahkan buat sahabat-sahabat yang masih berjuang untuk masa depannya.…… smoga semangat fighter itu tetap lestari dalam jiwa kalian. Ewako..


No comments: